Perdamaian adalah Karya dari Keadilan

Perdamaian adalah Karya dari Keadilan

Menyusuri Jejak Paus Fransiskus pada bulan September 2024

Indonesia mencatat momen bersejarah yang penuh makna: kedatangan Paus Fransiskus, seorang tokoh yang begitu dikenal akan pesan cinta kasih dan perdamaian, membawa misi kemanusiaan di negeri yang plural. Di tengah riuhnya Jakarta, seruan Opus Justitiae Pax atau “Perdamaian adalah karya dari keadilan” kembali menggema, menyiratkan misi besar yang ingin ia bawa bagi dunia yang tengah dilanda berbagai konflik.

Siapakah Sosok di Balik Jubah Putih Ini?

Ketika Paus Fransiskus turun dari pesawat dengan senyum hangatnya, masyarakat dari berbagai latar belakang menyambutnya dengan penuh hormat. Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik ini tak sekadar pemimpin spiritual, ia juga sosok yang melangkah lebih jauh dengan membawa pesan-pesan perdamaian dan keadilan di panggung internasional. Selama kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal karena keberaniannya menyuarakan hal-hal yang kadang tak nyaman untuk dibahas: ketidakadilan sosial, krisis iklim, dan tentu saja, pentingnya dialog lintas agama. Kedatangannya di Indonesia membawa harapan besar bagi banyak orang, terlebih bagi masyarakat yang hidup di tengah keragaman.

Di Bawah Langit Jakarta

Dari Istana Negara hingga Masjid Istiqlal, setiap langkah Paus di Jakarta memiliki makna yang mendalam. Pada pertemuan di Istana Negara, ia bertemu dengan Presiden Indonesia, membahas isu-isu kemanusiaan yang mendesak, termasuk peran penting toleransi di tengah masyarakat global yang beragam. Kehadirannya di Nunsiatur Apostolik—Kedutaan Besar Vatikan di Indonesia—memperkuat hubungan Indonesia dan Vatikan, serta menjadi ruang dialog bagi anggota Serikat Yesus, para imam, dan pelaku hidup bakti yang bertugas di Indonesia.

Namun, salah satu momen paling berkesan adalah ketika Paus Fransiskus melangkah memasuki Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara yang menjadi simbol toleransi di negeri ini. Di sini, ia bertemu dengan pemuka agama dari berbagai keyakinan, membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan. Dalam keheningan masjid, terasa benar bahwa kehadiran Paus membawa pesan persatuan dan kedamaian di atas segala perbedaan.

Suara Damai untuk Generasi Muda

Tidak berhenti pada audiensi resmi, Paus Fransiskus juga ingin menyentuh hati generasi muda. Di Grha Pemuda, tempat yang dulu menjadi saksi perjuangan pemuda Indonesia saat Sumpah Pemuda, ia berbincang dengan pemuda-pemudi dari latar belakang yang beragam. Dalam percakapan penuh kehangatan, ia menyampaikan pesan tentang pentingnya toleransi dan sikap terbuka terhadap perbedaan di tengah era informasi yang kerap kali memicu polarisasi. Anak muda diingatkan untuk merawat nilai-nilai kemanusiaan di tengah dunia yang serba cepat ini, agar tak terpecah oleh perbedaan tetapi justru bersatu dalam keberagaman.

Sebuah Pengingat dari Masa Lalu Paus Fransiskus juga menghidupkan kembali pesan dari Paus Yohanes Paulus II saat berkunjung ke Indonesia pada tahun 1989. Kala itu, Paus Yohanes Paulus II berbicara tentang pentingnya menghargai hak-hak manusia dan politik bagi semua warga, serta menjaga persatuan nasional berlandaskan toleransi. Kata-kata ini seperti gema dari masa lalu, mengingatkan bahwa perdamaian dan keadilan adalah warisan yang harus diperjuangkan setiap generasi.

“Orang Indonesia meletakkan fondasi bagi masyarakat yang adil dan damai yang diinginkan semua warga Indonesia untuk diri sendiri dan rindu untuk diwariskan kepada anak-anak setelahnya.” – Paus Yohanes Paulus II.

Toleransi yang Nyata, Bukan Sekadar Kata-kata

Dalam misi kunjungannya, Paus Fransiskus seolah memberi kita pengingat bahwa toleransi bukanlah sekadar slogan yang hampa. Ia adalah tindakan nyata yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak selalu mudah untuk benar-benar menghidupi nilai toleransi, terutama di tengah isu-isu global yang kadang memecah belah, tetapi kunjungan Paus ini menyadarkan kita bahwa perdamaian hanya bisa diraih dengan upaya untuk memahami satu sama lain.

Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik

Pesan yang Tak Terlupakan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia meninggalkan pesan yang tak akan mudah dilupakan. Seolah-olah mengajarkan kita bahwa niat baik tidak akan cukup tanpa aksi yang konkret. Bagaimana kita bisa menerjemahkan niat baik menjadi tindakan nyata dalam kehidupan kita? Mungkin jawabannya dimulai dari hal-hal sederhana, seperti menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan, atau bahkan mendengarkan tanpa menghakimi.

Pesan ini mungkin terasa sederhana, namun memiliki dampak yang luas. Setiap individu dapat menjadi agen perubahan hanya dengan mulai mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam tindakan kecil mereka. Dalam hidup yang singkat ini, kita diajak untuk tidak hanya hidup bagi diri sendiri tetapi juga untuk membawa kebaikan bagi orang lain.

Sebuah Seruan untuk Masa Depan yang Damai

Kunjungan Paus Fransiskus mengajak kita untuk kembali merefleksikan nilai-nilai dasar dalam hidup kita, tentang keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan. Indonesia, dengan segala keberagamannya, menjadi panggung yang tepat untuk menyoroti pentingnya toleransi. Melalui semboyan Opus Justitiae Pax, Paus Fransiskus menunjukkan kepada kita semua bahwa kedamaian sejati hanya bisa dicapai melalui keadilan dan cinta kasih yang nyata.

Dalam dunia yang semakin kompleks, mungkin pesan sederhana ini justru menjadi yang paling relevan: perdamaian adalah karya dari keadilan. Mari kita jaga spirit ini, tidak hanya sebagai pengingat, tetapi sebagai tindakan nyata untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Penulis: Renita Yulistiana
Desain: Vemi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *