Di balik setiap perjalanan pendidikan, selalu ada sosok-sosok yang memilih untuk tetap hadir. Bukan karena kewajiban, tapi karena cinta. Di Hari Pendidikan Nasional ini, kita diajak mengenal lebih dekat Fefli Mildahayani, seorang guru dan relawan yang membuktikan bahwa pengabdian tak punya batas usia.
Usianya kini telah melewati 50 tahun, tapi semangatnya tak surut sedikit pun. Fefli tetap aktif mendampingi siswa, membangun gerakan anti-buli, menginisiasi sekolah ramah lingkungan, hingga menjalin kerja sama internasional lewat program SDGs. Tapi mungkin, yang paling menggetarkan hati adalah cara ia hadir secara personal untuk murid-muridnya.
Cara Fefli Meninggalkan Jejak Kebaikan
Selama lebih dari dua dekade menjadi guru dan relawan, Fefli telah menorehkan banyak jejak kebaikan yang menyentuh hati. Ia tidak hanya mengajar, tetapi juga mendampingi siswa yang mengalami kesulitan, baik akademik maupun emosional.
Salah satu pengalaman yang paling menyentuh hatinya adalah ketika seorang siswa inklusi mendatanginya dan meminta tambahan waktu untuk belajar di luar jam sekolah. Dengan penuh kesabaran, Fefli membimbing siswa tersebut secara personal, memberikan perhatian khusus yang tidak hanya membantu siswa tersebut belajar lebih baik, tetapi juga memotivasi dirinya untuk terus berjuang.
“Saya dengan penuh kesabaran membimbing secara personal di luar kelas dan ini membuat dia Bahagia, termotivasi bahkan ingin sekali kuliah dan melanjutkan studinya ke Australia,” kata Fefli dengan penuh rasa haru.
Selain itu, Fefli selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang penting kepada seluruh siswa, seperti kejujuran, kebaikan, dan tanggung jawab. Dengan kasih sayang, ia berusaha menjadi teladan bagi mereka, mengajarkan bahwa kebaikan bukan hanya soal memberikan materi, tetapi juga berbagi perhatian dan empati.
Salah satu inisiatif besar yang ia lakukan adalah membentuk gerakan anti-buli di sekolah, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih untuk semua siswa. Fefli juga terlibat dalam upaya mewujudkan sekolah bebas sampah plastik, menyadarkan siswa akan pentingnya menjaga lingkungan.
Fefli juga berperan aktif berkolaborasi dengan sekolah mitra di Australia terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Melalui berbagai program ini, ia juga membangun mindset anak-anak pentingnya menjaga bumi dan memahami isu-isu global.
Dampak dari kebaikan yang ditaburkan Fefli sangat terasa terhadap masa depan anak-anak. Besar kecilnya, ia melihat perubahan pola pikir siswa-siswanya, yang kini lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Tantangan dan Keteguhan Hati dalam Berbuat Kebaikan
Berbuat kebaikan bukanlah tanpa tantangan. Meskipun banyak manfaat dan kebahagiaan yang bisa dirasakan, sering kali ada hambatan yang harus dihadapi. Namun bagi Fefli, tantangan tersebut tidak menjadi penghalang untuk terus menebar kebaikan. Menurutnya semangat untuk membantu orang lain datang dari rasa empati yang tulus.
“Melihat seseorang tersenyum atau merasa lebih baik karena bantuan saya, bisa menjadi motivasi yang kuat,” Ucap Feli.
“Sebagai pemeluk Islam, saya percaya bahwa kebaikan yang diberikan suatu saat akan kembali dan dibalas Allah,” sambungnya.
Rasa bahagia yang muncul ketika melihat dampak positif dari kebaikan yang dilakukan, menjadi motivasi yang kuat untuk terus melanjutkan. Meskipun kadang-kadang bantuan yang diberikan tidak selalu diterima dengan baik oleh orang lain, Fefli tetap fokus pada dampak positif yang bisa ia ciptakan.
Pemahaman ini memberikan dorongan bagi Fefli untuk terus berbuat baik, meskipun tidak selalu mudah. Ia merasa terdorong untuk membantu ketika melihat orang lain dalam kondisi sulit, dan bahkan membayangkan dirinya di posisi yang sama.
Tantangan terbesar yang dihadapi Fefli bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Usia yang semakin bertambah membuat fisiknya merasa lelah, namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya. Ia selalu mengatur waktu dengan bijak, memastikan ada waktu untuk beristirahat, beribadah, dan berdoa untuk mendapatkan kekuatan. Tentu usianya yang kini tidak muda lagi, bukan menjadi hambatan. Fefli terus berkomitmen untuk menyebarkan kebaikan, meskipun dengan langkah kecil yang sesuai dengan kemampuannya.
Dampak Kebaikan dan Harapan untuk Masa Depan
Kebaikan yang Fefli tebarkan tidak berhenti hanya pada individunya saja. Ia menyaksikan bagaimana murid-muridnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih peduli, terbuka, dan empatik.
“Saya melihat dampak langsung seperti kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang saya bantu, senyum bahagia dan ucapan terima kasih yang tulus dari siswa saya, siswa jadi semangat belajar dan tumbuh karakter baik dalam diri mereka,” Ucap Fefli penuh haru.
“Momen-momen ini, meskipun mungkin tampak kecil, dapat memiliki dampak yang mendalam dan memperkuat keyakinan saya bahwa kebaikan itu penting,” Sambungnya.
Dampak ini tentunya menjadi salah satu alasan kuat bahwa kebaikan yang ia tebarkan harus berlanjut ke generasi penerusnya. Sebab, generasi muda saat ini adalah harapan dan masa depan dunia.
Ada banyak pilihan yang beragam untuk menebar kebaikan dengan cara sederhana. Harapannya, dengan terbiasa berbuat baik, setiap orang akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, sabar, dan bijaksana.
Menurut Fefli, penting sekali untuk memulai perubahan dari diri sendiri, tidak harus menunggu orang lain berbuat terlebih dahulu. Justru akan lebih baik lagi, jika bisa menjadi bagian dari solusi dalam kesulitan yang orang lain hadapi.
“Be creator not follower. Jadilah penggerak kebaikan, sehingga menebarkan virus positif buat orang lain,” Ujar Fefli penuh semangat.
“Kebahagiaan sejati bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberikan dampak positif bagi orang lain. Semoga sukses!” Pungkasnya.
Kisah Fefli Mildahayani mengingatkan kita bahwa kebaikan bisa dimulai dari hal sederhana, namun berdampak luar biasa. Tak perlu menunggu waktu atau usia tertentu untuk berbuat baik, yang dibutuhkan hanyalah hati yang peduli dan kemauan untuk bertindak. Seperti Fefli, kita semua bisa meninggalkan jejak kebaikan melalui aksi nyata yang membawa perubahan di sekitar.
Jika kamu merasa tergerak, kini saatnya mengambil langkah pertama menjadi aktivis kebaikan. Mulailah dari lingkungan terdekatmu, dan temukan lebih banyak peluang untuk terlibat dalam kegiatan relawan. Untuk kamu yang ingin terus update informasi dan bergabung dalam aksi-aksi kebaikan, kunjungi di indorelawan.org untuk mulai tebar kebaikan jadi relawan!
Penulis:
Menjadi Guru Relawan, Meski Usia Tak Lagi Muda
Menjadi guru relawan di usia emas bukanlah perkara mudah. Fisik tak lagi sekuat dulu, tantangan datang dari luar maupun dalam diri. Namun, Fefli membuktikan bahwa semangat untuk berbuat baik tak mengenal batas usia.
“Lelahnya fisik bisa saya atasi. Saya atur waktu untuk istirahat dan berdoa agar tetap kuat,” ungkapnya.
Bagi Fefli, dorongan untuk terus membantu datang dari empati dan keyakinan bahwa kebaikan akan selalu kembali. Senyum bahagia dari siswa yang ia bantu, semangat belajar yang tumbuh, dan ucapan terima kasih yang tulus—semuanya menjadi penguat semangat.
“Sebagai pemeluk Islam, saya percaya kebaikan akan kembali. Bahkan jika tidak langsung terlihat, dampaknya pasti ada.”
Dari Guru ke Generasi Selanjutnya: Kebaikan yang Menular
Apa yang dilakukan Fefli tak berhenti di dirinya sendiri. Ia menyaksikan bagaimana murid-muridnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih peduli dan bertanggung jawab. Kebaikan yang ia tanamkan perlahan tumbuh menjadi karakter dalam diri anak-anak.
“Saya melihat dampaknya langsung. Siswa jadi lebih semangat belajar, lebih peduli, dan punya karakter yang kuat. Itu kebahagiaan tersendiri bagi saya,” ucap Fefli dengan mata berbinar.
Fefli percaya bahwa setiap orang bisa jadi agen perubahan. Tak harus muda, tak harus punya banyak waktu. Cukup mulai dari hal kecil dan dari lingkungan terdekat. Pesannya jelas:
“Be creator, not follower. Jadilah penggerak kebaikan dan sebarkan virus positif bagi orang lain.”
Hari Pendidikan Nasional: Saatnya Kita Bergerak
Kisah Fefli Mildahayani adalah pengingat bahwa siapa pun, di usia berapa pun, tetap bisa menjadi guru dan relawan. Tak ada kata terlalu tua untuk menginspirasi, mendampingi, dan berbuat baik.
Jika kamu merasa tergerak, ini saat yang tepat untuk mulai. Mulailah dari lingkungan sekitar. Jadilah guru kehidupan bagi orang lain. Jadilah relawan pendidikan yang tak hanya mengajar, tapi juga menyalakan harapan.
Untuk kamu yang ingin bergabung dalam aksi kebaikan dan berdampak di dunia pendidikan, kunjungi indorelawan.org dan temukan kesempatan relawan yang sesuai untukmu.
Penulis: Nazhifah Husna
Reporter dan Penyunting: Renita Yulistiana
Cerita dan dokumentasi dari hasil wawancara narasumber