Silvy, Berjuang untuk Bumi dengan Gaya Hidup Zero Waste

Silvy, Berjuang untuk Bumi dengan Gaya Hidup Zero Waste

Ketika mendengar kata “aktivis lingkungan,” bayangan yang muncul mungkin adalah orang-orang yang berunjuk rasa atau menanam pohon bersama komunitas besar. Tapi, bagi Silvy Misye Agatha, aktivisme adalah perjalanan pribadi yang dimulai dari keinginan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sejak kecil, Silvy selalu suka melihat lingkungan yang bersih, dan itulah yang kemudian membawa dirinya menjadi seorang pegiat zero waste. Kini, sebagai konten kreator di media sosial, Silvy menggunakan pengaruhnya untuk berbagi cara hidup ramah lingkungan, berharap semakin banyak orang terinspirasi mengikuti jejaknya.

Awal Perjalanan Zero Waste

Segalanya bermula dari hal yang sederhana—membuang sampah pada tempatnya. Silvy kecil selalu memastikan dirinya tidak mengotori lingkungan. Saat melihat parit di dekat lapangan tempat ia bermain penuh sampah dan bau, ia menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan. Dari situ, ia mulai memilah sampah kertas, botol PET, dan besi untuk diberikan kepada pemulung. Namun, baru pada tahun 2020 Silvy benar-benar memahami bahwa sampah lebih dari sekadar benda yang dibuang. Saat itu, ia melihat postingan Waste4Change dan Rekosistem tentang cara mengolah sampah secara berkelanjutan. Sejak saat itu, Silvy berkomitmen untuk memilah dan menyetorkan sampahnya ke tempat-tempat yang bertanggung jawab.

“Kebersihan lingkungan itu bukan tanggung jawab orang lain saja. Kita semua punya peran penting untuk menjaga bumi ini,” ucap Silvy, menegaskan pentingnya pilah sampah dari rumah.

Dukungan dari Keluarga dan Sahabat

Sebagai seorang pegiat zero waste, Silvy tidak berjalan sendirian. Teman-teman dan sahabatnya banyak yang mendukung perjalanannya, terutama dalam mendorongnya untuk berbagi kisah melalui media sosial. Teman-temannya sering berkata bahwa gaya hidup Silvy unik dan patut dibagikan agar lebih banyak orang bisa belajar memilah sampah.

Yang lebih menarik lagi, dukungan terbesarnya datang dari suaminya. Meskipun suaminya sendiri tidak terlalu terlibat aktif dalam kegiatan zero waste, dia tidak pernah mengeluh ketika rumah penuh sampah yang belum dipilah. Bahkan, suaminya ikut berperan dengan menyetorkan sampah ke Rekosistem setiap kali berangkat kerja. Kolaborasi kecil ini, menurut Silvy, menjadi salah satu sumber kekuatannya dalam terus bergerak.

Mewujudkan Mimpi Lingkungan Bersih

Bagi Silvy, menjadi aktivis lingkungan bukan sekadar soal materi atau pengakuan. Ia merasakan kepuasan batin yang luar biasa setiap kali melihat sampah-sampahnya ‘pulang’ ke tempat yang tepat. “Rasa lega dan puas itu luar biasa. Aku tahu bahwa sampah-sampahku tidak menambah beban di TPA, dan aku bisa sedikit mewujudkan impianku sejak kecil untuk menjaga lingkungan tetap bersih,” katanya.

Silvy juga menyadari bahwa banyak orang berpikir menjadi aktivis tidak menghasilkan keuntungan materi. Namun, bagi Silvy, pilah sampah justru bisa menghasilkan uang. Ia mengaku bahwa selain menyetorkan sampah ke tempat yang bertanggung jawab, ia juga mengumpulkan sampah yang bisa diolah atau dijual kembali. Hal ini juga menjadi cara Silvy untuk memotivasi suaminya agar lebih semangat dalam mendukung gerakan zero waste di rumah.

Tantangan di Sepanjang Perjalanan

Menjalani hidup ramah lingkungan tentu tidak selalu mudah. Silvy bercerita bahwa salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah rumah yang sering kali berantakan karena tumpukan sampah yang belum dipilah. “Aku sering malu kalau ada tamu datang. Rumahku penuh sampah yang belum dipilah,” ujar Silvy sambil tertawa. Namun, kini Silvy telah belajar untuk ‘bodo amat’ dan tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Yang penting, menurutnya, sampah itu akhirnya bisa dikelola dengan baik.

Tantangan lainnya adalah surplus hasil kompos. Karena halaman rumahnya tidak begitu luas, Silvy sering kali kebingungan harus menaruh kompos di mana. Tapi, ia tidak menyerah. Sebagai solusinya, Silvy memberikan kompos tersebut ke tanaman di pinggir jalan, berharap tanaman-tanaman itu bisa tumbuh lebih subur berkat kompos buatannya.

Masa Depan yang Lebih Inklusif untuk Lingkungan

Silvy optimis bahwa gerakan zero waste dan aktivisme lingkungan di Indonesia akan terus berkembang, terutama dengan semakin banyaknya generasi muda yang peduli terhadap isu-isu lingkungan. Baginya, salah satu kunci untuk sukses adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan kesadaran.

“Media sosial itu punya kekuatan besar. Jika kita bisa menggunakannya dengan baik, kita bisa menginspirasi banyak orang. Jadi, mari jadikan media sosial sebagai wadah untuk gerakan yang bermanfaat,” pesan Silvy.

Dalam pandangannya, peran pemerintah juga sangat penting dalam mendorong gerakan zero waste ini. Silvy berharap suatu hari nanti, kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia bisa lebih baik lagi, sehingga masyarakat lebih mudah dan mau memilah sampah mereka. Salah satu idenya adalah membuat Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) yang berkualitas, di mana masyarakat bisa mendapatkan imbalan untuk setiap sampah yang mereka pilah dengan benar.

Mari Bergabung dan Jaga Bumi Kita

Silvy mengajak siapa pun yang tertarik untuk memulai perjalanan zero waste agar tidak takut atau ragu. Menurutnya, tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai.

“Kita semua bisa mulai dari hal-hal kecil yang sering kita lakukan. Misalnya, bawa kantong belanja sendiri atau habiskan makanan yang kita beli. Nanti lama-lama kita bisa melakukan lebih banyak lagi,” ucapnya dengan semangat.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga bumi ini? Mari pelan-pelan, nikmati prosesnya, dan mulai dari diri sendiri. #JadiAktivis

Ingin belajar lebih banyak soal isu lingkungan? Yuk, bergabung menjadi relawan di komunitas yang ada di Indorelawan dan bersama-sama berkontribusi untuk menjaga bumi.

Penulis: Nabila Aprisanti
Penyunting: Renita Yulistiana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *