Anak muda punya banyak aksi baik yang dilakukan untuk lingkungannya. Indorelawan merangkum cerita para penggerak dan relawan selama mereka berupaya untuk terus berdampak. Kali ini, Firman Waluya akan menceritakan bagaimana ia membentuk Komunitas Pemerhati Lingkungan.
Gimana awal mulanya?
Karena saya kuliah jurusan Manajemen Hutan di IPB dan ada project kampus sejak 2015-an. Saya riset batas wilayah, mangambil titik koordinat, menghitung lahan yang gundul di area Jawa Barat
Terus mikir, kenapa gak dilanjutin aja. Kebetulan, ketemu teman lulusan Geografi yang fokus mempelajari sungai. Jadi, saling melengkapi.
Apa yang membuat yakin untuk buat gerakan? Kasus banjir bandang dan bangunan langgar sempadan sungai di Bogor. Saya juga semakin yakin, setelah ikut kerelawanan isu lingkungan di FIOF dan Green Wakaf.
Arti Komunitas Pemerhati Lingkungan?
Sebenernya dilema, tadinya mau buat nama unsur kehutanan aja. Tapi, saya pikir kalau masalah lingkungan gak cuma hutan aja. Bisa sungai, sampah, dan lainnya.
Gimana cara kalian buat program?
Selain pengurus inti 14 orang, kami juga punya pembina dari Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB Prof. Dr.Ir.Hariadi Kartodihardjo, MS.
Lalu, kami petakan program luring dan daring. Saat ini fokus kami masih penanaman bibit kerja sama dengan KLHK, aksi, dan edukasi.
Tantangan mulai gerakan?
Ngurus lingkungan itu gak bisa sembarangan. Harus paham aturan, survey kelompok, rajin riset dan wawancara.
Karena kami tidak mau hanya menegur, tapi berharap jadi solusi untuk mereka yang belum paham menjaga lingkungan.
“Meskipun masih baru terbentuk di 30 Juni 2022. Semoga energinya selalu terjaga. Kami ingin fokus juga dalam mengecek bangunan yang tidak sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan melibatkan advokat dan lakukan pengkajian.”
Ditulis oleh Renita Yulistiana
Hasil wawancara bersama Firman Waluya
Co-Founder Komunitas Pemerhati Lingkungan
Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini bersama Indorelawan.org