Quarter Life Crisis? Jadi Relawan Aja!

Quarter Life Crisis? Jadi Relawan Aja!

Hayo, siapa Teman Relawan yang self healingnya menonton drama Korea? Bahkan selalu update tiap episodenya. Banyaknya sosok anak muda, visual menarik, sukses dan kaya ditampilkan di drama Korea. Secara tidak langsung, kekayaan, kemapanan dan visual menarik menjadi tuntutan kewajiban dan tolak ukur kesuksesan, meski kenyataannya hal tersebut sangat jauh untuk digapai jika melihat realita. 

Quarter life crisis menjadi pembicaraan di kalangan anak muda, terutama di media sosial. Krisis ini dipicu oleh ketimpangan antara tuntutan perkembangan masa menuju dewasa untuk menjadi mandiri baik secara mental, finansial, maupun karier dengan kemampuan yang dimiliki individu. Bagi sebagian orang, quarter life crisis menjadi peristiwa yang nyata dan penuh tantangan. Mereka yang mengalami ini mungkin merasa kehilangan sesuatu. Apalagi jika mereka sangat berkiblat pada figur artis Korea misalnya. 

Gambar 1 : Drama Korea

Definisi Quarter Life Crisis

Quarter life crisis yang artinya krisis seperempat baya adalah periode ketidakpastian pencarian jati diri individu pada usia 18 hingga 30 tahun. Pada periode ini, individu selalu diliputi perasaan takut dan khawatir terhadap masa depannya, dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial yang dilaluinya tidak seperti yang dia impikan. Krisis ini merupakan reaksi individu terhadap ketidakstabilan yang memuncak dan terlalu banyaknya pilihan disertai rasa panik dan tidak berdaya.

Awal mula krisis ini ditandai dengan timbulnya emosi negatif seperti kecemasan, frustasi, hingga merasa kehilangan arah atau putus asa. Hal ini jika tidak ditanggulangi bisa membuat  individu stres, depresi, atau gangguan psikologis lainnya. Meski begitu jangan khawatir, fase ini penting untuk dialami setiap teman relawan agar mampu mengenali diri sendiri secara lebih mendalam serta mempersiapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.

Gambar 2 : Cemas saat bekerja

10 Gejala Quarter Life Crisis

  1. Sering berperilaku Impulsif (spontan) tanpa berpikir panjang. Misalnya, ketika seseorang  membenci pekerjaannya saat ini, ia akan langsung berhenti tanpa melakukan pertimbangan dampak kedepannya bagaimana dan lebih memilih untuk melakukan hal yang disukainya, misalnya travelling dan nongkrong.
  2. Merasa ‘terjebak’ dan membutuhkan perubahan. Sering merasa berada pada situasi yang membuat sulit berkonsentrasi atau menemukan kesenangan. Lalu mulai ingin perubahan, walau tidak tahu pasti perubahan seperti apa yang dibutuhkan.
  3. Hubungan yang tidak kontinyu dan tidak mampu berkomitmen. Mengalami kebingungan rencana hidup, merasa masa depan sangat sulit dipahami. Jika ia menemukan dirinya pada jalur spiritual yang baru, ia ingin mengakhiri hubungan dengan kelompok pertemanan yang lama. 
  4. Sulit mengambil keputusan. Dalam masa ini, lebih banyak mengeksplorasi pilihan yang berbeda. Akhirnya, sampai pada titik di mana sangat sulit untuk bergerak maju. Merasakan ketakutan yang dipilihnya itu tidak tepat.
  5. Merasa terisolasi dan kesepian. Sering melakukan self-talk yang negatif meyakinkan diri bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, atau perasaan bahwa ialah satu-satunya orang yang masih berjuang, sedangkan semua orang telah mencapai kemapanan. Sehingga hal itu memperburuk keadaan dan meyakinkan diri sendiri untuk menarik dan mengisolasi diri dari orang lain.

Gambar 3 : introvert

  1. Merasa kehilangan arah. Merasa kehilangan motivasi tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam hidup dan mencoba mencari tahu apa yang hilang tersebut. Sehingga, sering kali mempertanyakan dirinya sendiri, termasuk siapa dirinya dan apa tujuan hidupnya.
  2. Cemas dan depresi. Selama periode krisis ini, muncul perasaan cemas tentang masa depan, serta pertanyaan apakah hal yang ia lakukan sudah benar dan cukup. Hingga muncul perasaan kurang minat pada rutinitas yang mengarah kepada gejala depresi. 
  3. Insecure. Kecenderungan membandingkan hidup dengan orang lain atau publik figur dan merasa bahwa hidup harus seperti mereka. Khawatir tertinggal dari teman-temannya yang sudah berhasil mencapai impiannya. 
  4. Merasa kehabisan waktu. Ketika masih kecil membayangkan bahwa akan memiliki banyak hal pada usia 25 atau 30 tahun. Ketika saat sudah mencapai usia tersebut tetapi belum berhasil mendapatkannya, maka diri sendiri  merasa kehabisan waktu.
  5. Ada masalah yang dipendam sendiri. Masalah kecil yang bertumpuk akan menjadi masalah besar yang dapat mengganggu konsentrasi hingga kenyamanan dalam menjalani hidup. Apalagi jika tidak punya teman dekat untuk sekedar berbagi isi hati atau teman yang selalu mau menasehati.

Jika kamu sedang mengalami beberapa hal diatas, mungkin kamu sedang mengalami fase quarter life crisis. Yuk, simak fase quarter life crisis berikut!

Gambar 4 : Curahan hati

Fase Quarter Life Crisis

Robinson (dalam Aristawati, dkk., 2021) menjelaskan bahwa terdapat lima fase dalam periode quarter life crisis, yaitu:

  1. Fase pertama, ditandai dengan munculnya perasaan terjebak dalam situasi yang merupakan pilihan hidupnya dan rutinitasnya. Diri sendiri merasa dalam mode “autopilot.”
  2. Fase kedua, terdapat dorongan kuat untuk mengubah situasi dan merasa bahwa perubahan itu hanya akan terjadi jika ia melakukan sebuah gebrakan besar.
  3. Fase ketiga, keinginan keluar dari komitmen yang sudah dijalani yang membuat merasa terjebak. Hal ini memunculkan keinginan melarikan diri dari tanggung jawab. Kemudian, periode ‘menyendiri’ untuk mencari tahu tujuan hidupnya.
  4. Fase keempat, ditandai dengan mulai membangun pondasi baru di mana individu dapat mengendalikan arah tujuan hidupnya.
  5. Fase kelima, membangun komitmen baru yang sesuai dengan minat dan nilai moral yang dipercaya individu tersebut.

Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

Meskipun terasa sangat berat, quarter life crisis merupakan waktu yang tepat untuk mengevaluasi kembali hidup yang dijalani individu dan mulai membuat keputusan yang lebih baik. Berikut ini adalah hal – hal yang dapat dilakukan dalam menghadapi krisis setengah abad ini:

  1. Kenali diri sendiri lebih dalam, lakukan self love meyakinkan diri sendiri yang terlalu berharga jika untuk meniru hidup orang lain. Tidak terlalu keras mengejar ambisi karena diri sendiri butuh istirahat
  2. Menyadari bahwa quarter life crisis ini adalah fase yang normal dilalui oleh semua manusia terutama pada usia menuju dewasa, yaitu dari 18 – 30 tahun. Dan pahami kebahagiaan hidupmu tidak tergantung pada keadaan orang lain.
  3. Carilah dukungan dari lingkungan yang tepat. Minta nasehat pada keluarga, rekan atau guru yang bisa menilai pilihan hidupmu dengan bijaksana dan tidak memihak.

Gambar 5 : Komunitas Masak

  1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, karena alur hidup, lingkungan, tanggung jawab, tuntutan dan kemampuan setiap orang tidak sama. 
  2. Kembangkan minat dan bakat yang dimiliki. Cari komunitas yang bisa mengasah hobi, kamu bisa bergabung dalam kegiatan amal atau jadi relawan sesuai minat dan bakat di website indorelawan.org
  3. Buat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang tujuan hidupmu. Buat list goals yang ingin kamu capai untuk kebahagiaan hidupmu dan keberlangsungan masa depanmu
  4. Mencoba hal-hal baru yang bermanfaat. Cari kegiatan yang berbeda dari rutinitas sehingga bisa mengalihkan kecemasanmu dan membuatmu bisa mengontrol emosi.
  5. Bergabunglah dengan komunitas yang anggotanya orang orang baru dengan latar belakang yang beragam. Sehingga kamu mendapat sudut pandang penilaian tentang kekurangan dan kelebihan dirimu dari sisi yang beragam.

Dari pembahasan ini, kamu #JadiBelajar bagaimana menghadapi fase quarter life crisis.  Dari fase yang “tidak enak” tersebut kita bisa mengambil hikmah dan memanfaatkan masa muda untuk lebih berkualitas. Kamu bisa mengembangkan minat, bakat dan mencari kenalan sefrekuensi dengan melakukan kegiatan yang positif, seperti menjadi relawan. Sebagai seorang relawan, kamu bisa mencoba hal baru di luar keseharian dan melatih seseorang untuk bersabar menjalani proses dengan penuh kepedulian. 

Kamu bisa banget memilih kegiatan sesuai dengan waktu dan tempat yang kamu bisa dengan mencari event kerelawanan di website Indorelawan.org kemudian klik Cari Aktivitas ya! Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini.

Ditulis oleh Indah Ashlachal Ummah
Disunting oleh Renita Yulistiana

Referensi

Akbar, F. (2020). Apa Itu Quarter Life Crisis? Bagaimana Cara Kamu Menghadapinya? Retrieved June 21, 2022, from Satu Persen website: https://satupersen.net/blog/quarter-life-crisis-bagaimana-kamu-menghadapinya

Regan, S. (2022). Are You Going Through A Quarter-Life Crisis? What Experts Want You To Know. Retrieved from mbgmindfullness website: https://www.mindbodygreen.com/articles/quarter-life-crisis

Robbins, A., & Wilner, A. (2001). Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties. New York: Penguin Putnam Inc.

Afifah, S. (2023). Quarter Life  Crisis : Ketika Tumbuh Dewasa Tak Seindah Yang Dibayangkan. Retrieved Mei 7, 2023, from UNNES website : https://psikologi.unnes.ac.id/quarter-life-crisis-ketika-tumbuh-dewasa-tak-seindah-yang-dibayangkan/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *