Temukan Makna Hidup: Cerita Arin dan Anak Yatim di Bogor

Temukan Makna Hidup: Cerita Arin dan Anak Yatim di Bogor

Sudahkah kamu menemukan makna di balik setiap langkah kecil dalam hidupmu? Bagi Nurwita Arini atau akrab disapa Arin, jawabannya adalah iya, lewat perjalanannya menjadi relawan anak yatim di Bogor.

Di usianya yang baru 19 tahun, Arin membuktikan bahwa kebaikan tak harus menunggu “nanti” atau “kalau sudah mapan.” Bersama komunitas Iympack.id, ia memilih untuk bergerak sekarang, menyentuh hati, berbagi waktu, dan belajar menjadi manusia yang lebih peka.

Awalnya Bingung, Kini Kebaikan Jadi Rutinitas

Layaknya kebanyakan anak muda, Arin juga sempat bingung dari mana memulai langkah sebagai relawan. Meski niat berbagi sudah muncul sejak SMA, keberaniannya baru tumbuh setelah bertemu komunitas yang sefrekuensi.

“Di tengah kesibukan kerja sekarang, aku tetap butuh kegiatan yang bikin hati penuh—bukan cuma kerja, pulang, tidur,” ujarnya dalam wawancara bersama tim Indorelawan (27 Februari 2025).

Berkat Iympack.id, Arin merasa menemukan “rumah” kedua. Kegiatan relawan bukan lagi sekadar selingan, tapi bagian dari hidupnya. Di sanalah ia belajar bahwa kebaikan bisa sederhana, asalkan dimulai.

Safari Kebaikan: Dari Celengan Sampai Mimpi Anak Yatim

Salah satu momen paling berkesan bagi Arin adalah kunjungannya ke Asrama Yatim Mandiri di Bogor. Ia mengajak 25 anak untuk menuangkan imajinasi lewat melukis celengan. Bukan sekadar seni, tapi edukasi soal menabung dan merancang masa depan.

“Anak-anak bukan cuma menggambar, tapi juga bercerita soal makna di balik lukisannya. Dari sana, aku tahu mimpi mereka besar meski sederhana,” kata Arin.

Salah satu anak bahkan melukis bunga, lalu berkata, “Aku ingin tumbuh dan mekar, jadi orang yang berguna buat banyak orang.” Kalimat polos itu begitu menempel di hati Arin, pengingat bahwa harapan selalu ada, meski hidup tak mudah.

Tantangan Jadi Relawan? Ada, Tapi Justru Membentuk Karakter

Arin tak memungkiri, jadi relawan tak selalu mudah. “Tantangan terbesarnya adalah membangun kedekatan dengan anak-anak yang pemalu atau sulit diajak bicara,” ceritanya.

Dari situlah ia belajar sabar, memahami karakter setiap anak, bahkan belajar “parenting” sederhana. Ketika ada yang menangis atau bertengkar, Arin harus jadi pendengar dan penenang. Semua ini ia anggap sebagai proses berharga, bukan beban.

Dan di balik semua itu, tersimpan harapan besar: anak-anak ini bisa tumbuh bahagia, berani bermimpi, dan tak merasa sendirian.

Relawan Gak Harus Punya Banyak Waktu. Cukup Mau Meluangkan

Banyak orang mengira jadi relawan harus punya waktu luang melimpah. Padahal Arin adalah copywriter penuh waktu yang tetap menyempatkan diri di akhir pekan untuk Safari Kebaikan.

“Bukan soal punya banyak waktu, tapi mau meluangkan waktu,” tegasnya.

Baginya, satu hari menemani anak-anak jauh lebih berharga daripada sekadar bersantai. Dari kegiatan ini, ia justru dapat energi positif yang menular ke hari-harinya.

Siap Memulai Safari Kebaikan Versimu?

Cerita Arin membuktikan bahwa kebaikan tak harus besar. Aksi kecil, niat tulus, dan kehadiran yang konsisten bisa meninggalkan dampak mendalam, bagi yang dibantu, juga bagi diri sendiri.

Kalau kamu ingin memulai perjalanan relawan sepertinya, yuk gabung program kerelawanan seru di indorelawan.org!

Penulis: Nazhifah Husna
Penyunting: Renita Yulistiana
Hasil Wawancara Safari Kebaikan Project 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *