Finria, Menemukan Dirinya Lewat Relawan

Finria, Menemukan Dirinya Lewat Relawan

Kehidupan sering membawa kita ke arah yang tidak terduga. Dalam ritme yang cepat dan kesibukan yang terus berubah, ada saja momen kecil yang membuat kita berhenti sejenak dan bertanya, “Sebenarnya aku ingin menjadi apa?” Dari hal-hal sederhana itulah kita kadang menemukan sesuatu yang terasa cocok dengan diri kita; bukan jodoh dalam arti pasangan, tetapi jodoh dalam bentuk panggilan, keberanian, dan kontribusi yang membuat kita tumbuh. Perasaan itulah yang muncul ketika aku memutuskan terjun kembali ke kegiatan relawan.

Namaku Finria Ayu Hadi. Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa dan pekerjaan yang juga menyita waktu, aku tetap menyempatkan diri menjadi relawan setiap akhir pekan. Jika ada yang bertanya apa yang kulakukan sehari-hari, jawabannya sesederhana itu: kuliah, kerja, relawan: berulang setiap minggu.

Aneh memang, tetapi ritme itu justru membuat hidupku terasa lebih seimbang dan terarah.

Awal yang Asing dan Proses Mencari Tempat

Pertama kali merantau ke Jakarta, rasanya seperti memulai hidup dari halaman kosong. Aku tidak banyak mengenal tempat, belum punya banyak teman, dan sering merasa bingung harus menghabiskan waktu dengan apa. Di tengah situasi yang terasa serba baru itu, aku teringat masa SMA ketika aku sering ikut kegiatan sosial yang diadakan organisasi sekolah maupun komunitas luar. Pengalaman-pengalaman itu sempat pudar karena kesibukan kuliah dan bekerja, tapi kenangan tentang perasaan bermanfaat dan terhubung dengan orang lain masih melekat.

Karena itu, aku kembali membuka Indorelawan.org, platform relawan yang sudah kukenal sejak SMA. Aku mulai mencari kegiatan yang sesuai minat dan lokasiku. Sampai akhirnya, pada September 2024, muncul sebuah kegiatan dari Inspiration Factory Foundation. Dari ratusan kegiatan yang ada, entah mengapa mataku langsung tertuju ke nama itu. Waktu itu aku tidak berpikir jauh; aku hanya mencoba mendaftar agar waktu luangku lebih bermanfaat. Aku tidak menyangka keputusan sederhana itu menjadi pintu masuk ke perjalanan yang bertahan hingga sekarang.

Ketakutan yang Berubah Jadi Keyakinan

Ketika membaca detail kegiatan, aku tahu bahwa aku akan mengajar anak-anak. Namun kenyataannya, aku belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi di lapangan. Banyak keraguan muncul sebelum hari pertama: takut tidak cukup pintar untuk mengajar, takut kaku saat berinteraksi, takut tidak bisa menyesuaikan diri dengan ritme kegiatan, dan takut terlihat tidak kompeten. Pikiran-pikiran itu muncul tanpa bisa ditahan, bahkan terasa terlalu besar untuk sebuah kegiatan relawan.

Namun semua itu berubah ketika aku benar-benar datang. Hari pertama justru menjadi titik balik. Tim dari Inspiration Factory Foundation yang juga disebut InspiraTeam, menyambut dengan sangat hangat. Mereka menjelaskan alur kegiatan dengan jelas, menunjukkan contoh, menjawab pertanyaan, dan memastikan relawan baru tidak merasa canggung. Dari awal saja suasananya sudah berbeda dengan yang kubayangkan. Aku merasa ditemani, bukan dibiarkan berjuang sendirian.

Saat kegiatan mengajar dimulai, kekhawatiranku semakin berkurang. Ternyata proses belajar di Inspiration Factory Foundation jauh lebih menyenangkan daripada yang kubayangkan. Anak-anak tidak hanya belajar pelajaran dasar, tetapi juga diajak bergerak, bermain, memecahkan masalah, dan berinteraksi dengan aktif. Energi mereka begitu besar sampai rasanya menular. Melihat anak-anak berlari, tertawa, dan belajar dengan antusias membuatku merasa sangat hidup. 

Pada saat itu muncul kalimat spontan dalam hati: “Ini hidup.” Dari situ, rasa takut yang sempat muncul perlahan-lahan berganti menjadi rasa nyaman dan semangat.

Belajar Hal-Hal Sederhana dari Anak-Anak

Menghabiskan waktu dengan anak-anak membuatku belajar banyak hal yang sering terlupakan ketika kita beranjak dewasa. Melihat mereka tertawa tanpa beban, aku menyadari bahwa hidup sebenarnya bisa dijalani dengan lebih ringan. Anak-anak berlari tanpa memikirkan apakah mereka terlihat lucu. Mereka bertanya tanpa takut terdengar salah. Mereka mencoba tanpa terlalu memikirkan apakah berhasil atau tidak. Pola sederhana itu terasa seperti tamparan kecil yang mengingatkanku tentang bagaimana dulu aku juga pernah seperti mereka.

Setiap minggu, ketika masuk kelas, aku merasa bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus bersikap terlalu formal atau menekan diri agar terlihat sempurna. Aku cukup hadir, melakukan tugas sebaik mungkin, dan menikmati interaksi yang terjadi. Ruang mengajar itu seperti jeda dari rutinitas, sekaligus ruang aman untuk belajar tentang diriku sendiri. Aku merasa lebih ringan, lebih menerima proses, dan lebih berani mencoba.

Kekakuan yang Perlahan Mencair

Sebelum menjadi relawan, aku jarang mengungkapkan perasaan secara verbal. Memberi pujian atau afirmasi rasanya asing, bahkan canggung. Namun, interaksi dengan anak-anak mengubah cara pandangku. Ketika aku mencoba memberikan pujian kecil, respons mereka sangat luar biasa. Dari situ aku sadar bahwa ucapan sederhana bisa berdampak besar. Dan, lama-lama aku mulai terbiasa mengucapkan kata-kata positif.

Perubahan itu membuatku menemukan bagian dari diriku yang sebelumnya tidak pernah tereksplorasi. Aku jadi lebih hangat, lebih terbuka, dan lebih berani menunjukkan perasaan. Kalau pengalaman ini harus dirangkum dalam satu kalimat, aku bisa berkata bahwa menjadi relawan membuatku menemukan versi diriku yang lebih baik, meski aku tetap bukan orang yang sempurna.

Tempat yang Mengembalikan Harapan

Kegiatan di Inspiration Factory Foundation perlahan menjadi rutinitas yang selalu kutunggu setiap minggu. Dua jam setiap akhir pekan terasa sangat berarti. Dari setiap kegiatan yang aku ikuti, aku selalu pulang dengan hati yang lebih penuh. Melihat anak-anak belajar, berproses, dan tumbuh membuatku percaya bahwa harapan selalu ada, meski kadang bentuknya sangat kecil.

Aku melihat bagaimana semangat mereka melampaui keterbatasan. Setiap kali mereka mencoba sesuatu yang baru atau tertawa lepas setelah berhasil mengerjakan tugas sederhana, aku merasa teringat bahwa harapan sering muncul dari tempat yang kita tidak duga. Dari situ, aku tahu bahwa “harapan” adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan seluruh pengalaman ini.

Untuk Kamu yang Masih Ragu…

Banyak orang ingin melakukan kebaikan, tapi merasa belum siap. Ada yang takut tidak punya cukup waktu, ada yang takut datang sendirian, ada yang takut tidak cukup mampu. Padahal, menjadi relawan tidak menuntut kita menjadi sempurna. Dunia tidak menunggu orang sempurna, dunia hanya butuh orang yang mau hadir.

Langkah kecil yang kamu ambil, meski sederhana, bisa berdampak besar. Kamu mungkin tidak melihat hasilnya langsung hari itu, tetapi kamu akan merasakannya melalui pengalaman, interaksi, dan perubahan kecil dalam dirimu sendiri. Dan ketika kamu mulai, kamu akan bertemu dengan banyak orang baik yang berjalan bersama, yang mungkin akan membuatmu merasa diterima tanpa syarat.

Pada akhirnya, menjadi relawan bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi siapa yang paling mau hadir dan belajar bersama. Kalau kamu sudah siap mencoba, kamu bisa mulai pelan-pelan melalui indorelawan.org  dan membiarkan langkah kecilmu membawa pada cerita besar yang belum kamu duga.

Penulis: Najwa Salsabila
Proofreader: Nabila Aprisanti
Approval: Indorelawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *