Menawarkan beragam pesona yang indah, Bali masih menjadi primadona destinasi healing. Banyaknya turis yang berkunjung membuat sektor pariwisata menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat di Bali. Kualitas sumber daya manusia menjadi bekal utama dalam memberikan pelayanan yang baik, mulai dari kemampuan hospitality, bahkan public speaking. Namun ternyata menurut BPS, Angka Melek Huruf Provinsi Bali masih perlu ditingkatkan di beberapa daerah salah satunya di Desa Karangasem yang memperoleh capaian yang paling rendah yaitu 85,85% pada tahun 2023.
Berbekal keresahan tersebut ternyata sudah ada Pejuang Relawan Literasi dari Wantilan Desa Bhuana Giri, Karangasem, Bali. Sejak tahun 2010, I Komang Sukaya sudah aktif menjadi penggiat literasi yang terinpirasi dari sosok ibunya yang tidak bisa membaca namun selalu giat bekerja dan menyekolahkan anak-anaknya.
“Ibu saya yang buta huruf menyebabkan saya ingin mewujudkan masyarakat yang melek aksara dengan menjadi penggiat literasi.”
Panggilan Diri
Mendapat panggilan dalam diri untuk melayani masyarakat dari beragam usia di pelosok Desa Karangasem. Mengajarkan masyarakat yang buta aksara untuk bisa membaca, menulis dan berhitung. Demi satu tujuan mewujudkan masyarakat yang melek aksara.
Berbagai kegiatan kreatif diupayakan untuk meningkatkan minat baca anak sejak dini seperti “read-aloud and craft” dan kelas menulis cerpen. Kegiatan ini biasanya melibatkan beberapa Sekolah Dasar di pelosok Karangasem, seperti sekolah-sekolah di Desa Nawakerti, Desa Bhuana Giri, hingga Desa Abang.
Secara rutin, biasanya setiap hari Minggu, I Komang Sukaya menyelenggarakan kegiatan membaca nyaring di mana anak-anak bisa mendengarkan cerita yang dibacakan atau meminjam buku yang disediakan untuk dibaca mandiri. I Komang Sukaya juga mengusahakan pendirian pojok-pojok baca di beberapa desa. Kegiatan mingguan dilakukan hanya sekitar 1-2 jam karena kebanyakan anak-anak itu harus bekerja membantu orang tua untuk menyabit rumput sebagai pakan ternak.
Memang dalam keterbatasan ini membuat I Komang Sukaya perlu berpacu dengan waktu, Selain anak-anak sasaran kegiatan ini terdiri dari seluruh lapisan masyarakat seperti bapak-bapak. Saat itu saat I komang Sukaya sedang mengajar bapak-bapak, di sela pembelajaran mereka tiba-tiba pergi begitu saja untuk bekerja, hal itu tentunya bukan menjadi halangan untuk tetap bersedia menunggu. Akan tetapi ketika I Komang Sukaya bersiap kembali untuk mengajar, ada bapak-bapak yang memilih berjudi dibanding belajar. Dan satu hal yang paling dirasakan saat datang mengajar, mereka berpikir bahwa kegiatan ini akan memberikan bantuan berupa uang, sehingga nada sumbang masih sering terdengar.
“Kami butuh bantuan, bukan pengetahuan!”
“Buat apa, buang waktu aja, pikirin diri sendiri aja deh!”
Pemberdayaan Masyarakat
Namun hal tersebut tak membuatnya menyerah, bahkan I Komang Sukaya tak berpuas diri untuk terus memberdayakan masyarakat, mencoba bekerja sama dengan Yayasan Kanaditya Anjani Dharma untuk mendirikan 2 (dua) buah cubang atau kolam air permanen di 2 (dua) desa yang kesulitan air bersih.
Selain itu, mengajak masyarak agar mampu mandiri secara ekonomi melalui literasi finansial dengan mengedukasi masyarakat untuk membudidayakan lebah madu hingga madunya bisa dipanen secara higienis. Harapanya, ketika masyarakat sudah bisa mengembangkan potensi ekonominya, mereka dapat fokus untuk mengembangkan pendidikannya juga.
Walau banyak tantangan dan penolakan, namun I Komang Sukaya sangat percaya apapun yang dikerjakan secara ikhlas akan menghasilkan karma baik. Menjadi relawan adalah menabung bibit kebaikan dan perubahan untuk diwariskan serta dirasakan oleh cucu-cucu kita kelak. Tidak lupa rasa ikhlas itu akan muncul dari semangat dan perasaan gembira dalam berkegiatan.
Satu pesan untuk kita “Jangan pernah ragukan dirimu untuk berbuat baik, banyak hal baik yang bisa kamu ciptakan”
Bli Komang menjadi bukti bahwa masih banyak orang baik di dunia ini dan kamu bisa memulai #10JamAksiBaik dan ubah niat baik jadi aksi baik hari ini!
Project Relawan Super Indorelawan 2024
Reporter: Debby Lukito Goeyardi
Copywriter: Dimas Prasetyo & Hestri Nurjanah
Editor: Indorelawan