Siapapun Bisa Jadi Relawan, Pun Seorang Ibu

Siapapun Bisa Jadi Relawan, Pun Seorang Ibu

Nama saya Indah Ashlah, usia 29 tahun, 2 anak, 1 suami. Sekarang domisili di Malang, karena ikut suami tugas sampai pertengahan 2023. Aktivitas sehari hari setelah menikah jadi ibu rumah tangga, bikin tulisan di salah satu website, sama jadi relawan blog di indorelawan.

Sebelum nikah, saya lulus S1 dan mengajar di dua Sekolah Menengah Atas sekitar 4 tahun sampai nikah. Pagi, siang, sore ngajar, malam ada les privat di rumah buat anak SD. Sejak SMP sampai mau nikah, saya gabung Karang Taruna Kelurahan yang mendampingi 6 RW, 70 RT. Sehingga, bisa dibilang dunia saya dari setelah menetas sampai menetaskan lagi tidak jauh dari kegiatan sosial dan pendidikan.

Setelah menikah dan penuh pertimbangan, saya ikut suami karena dinas antar pulau antar provinsi, dan keadaan belum memungkinkan saya untuk bekerja di luar rumah. Sehingga, saya cari kesibukan yang bisa dilakukan dari rumah, tapi tidak menghabiskan banyak waktu, karena awal lembaran baru juga harus ada beberapa rutinitas yang berubah. Rutinitas saya di rumah yaitu berkebun, bikin Urban Farming terus hasil kebunnya saya upload di instagram @greenscience.id dan bikin konten di salah satu aplikasi pembelajaran.

Setelah pandemi, saya kok rindu ya gabung gabung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan pengembangan kepemudaan.

Mengingat sebelum nikah saya aktif juga di masyarakat, akhirnya saya menemukan website indorelawan.org ada lowongan relawan blog. Bisa Work From Home (WFH), komunikasi via sosmed, fleksibel, dan simpel banget. Cara kerja sistematis dan konsepnya sudah tertata dengan baik, serta memberi kesempatan untuk relawan berkreasi sesuai jobdesknya.

Saya bergabung jadi relawan juga perlu pertimbangan, salah satunya saya punya waktu luang untuk menyelesaikan tugas. Sebagai seorang ibu, saya mengawali semua aktivitas jam 04.00. Rutinitas pagi bersih-bersih badan, rawat anak (ganti popok, pumping asi, mandiin anak), bersih-bersih rumah, menyiapkan sarapan. Siang mendampingi anak-anak bermain (aktivitas outdoor: berjemur, keliling jalan di kampung), pas anak tidur siang saya me time biasanya ngerjain tugas relawan, baca berita, buka sosmed. Sore dan malam kembali mendampingi anak main atau lihat tv sekitar 1 jam. Saya mengenalkan anak screen time, tapi saya batasi. Setelah anak-anak istirahat, saya meluangkan waktu untuk melakukan call update di malam hari.

Sebagai seorang ibu apalagi yang dulunya bekerja dan aktif di masyarakat kemudian sekarang mengurus rumah dan anak pasti perlu banyak penyesuaian dan kejenuhan. Bergabung sebagai relawan membuat saya merasa “berkumpul dengan manusia” kembali, meskipun tidak setiap hari tatap muka. Ada beberapa poin yang saya dapatkan.

  1. Saya merasa bahagia saat melakukan aktivitas yang isinya membantu dan mengembangkan sesuatu. Terlepas dari isu kesehatan mental atau keep waras dan sebagainya, saya sebagai ibu rumah tangga merasa perlu berinteraksi dengan dunia luar rumah dan melakukan hal sosial seperti menjadi relawan dan bergabung dengan suatu komunitas.
  1. Saya belajar bagaimana membangun suatu hubungan dan komunikasi yang sehat. Dengan menjadi relawan, saya mendapat rekan baru dengan bidang, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda. Sehingga saya mendapat pengalaman untuk menyikapi banyak perbedaan yang saya temui terus.
  1. Saya harus menjadi orang tua yang terbuka dan terbaik untuk anak. Dengan melihat perkembangan gaya, cara berkomunikasi dan aktivitas-aktivitas positif di zaman sekarang, saya akan dapat gambaran bagaimana nanti anak saya berkembang sesuai dengan zamannya.

Untuk kedepannya, saya berharap semakin banyak aktivitas kerelawanan yang mudah diakses dalam hal pemberdayaan perempuan, yang bisa menambah softskill perempuan, aktivitas yang menggambarkan perempuan memiliki hak di ranah publik dan kompetensi yang sama dengan laki-laki.

Saya juga berharap semoga semakin banyak para remaja perempuan yang mengikuti aktivitas kerelawanan. Karena lingkungan, lingkup pertemanan, dan aktivitas positif yang bisa membuat orang berperilaku baik. Secara umum pada remaja yang sedang mengalami fase mencari jati diri dan khususnya remaja perempuan yang di zaman sekarang lebih sensitif menjadi korban pergaulan bebas. 

Harapan saya yang terakhir, semoga dengan bergabungnya perempuan pada aktivitas kerelawanan, para perempuan mampu mengatur diri, mempunyai rasa percaya diri dalam ranah sosial, budaya, pendidikan, dan bisa berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah terutama hal kemanusiaan.

Seperti kutipan Mahatma Gandhi, “Kamu tidak boleh kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan, sehingga siapapun bisa jadi pejuang kemanusiaan dan relawan. Selamat hari perempuan sedunia, semoga kiprah perempuan bisa lebih terdepan.

Ditulis oleh Renita Yulistiana dari hasil wawancara bersama Indah Ashlah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *