Merdeka! Agustus telah tiba! Bulan yang identik dengan kemerdekaan Indonesia selalu disambut dengan semangat dan antusias dari masyarakat. Hal yang paling ditunggu pastinya lomba 17 Agustusan yang akan selalu Teman Relawan temui di setiap persimpangan jalan perumahan di Indonesia. Berbicara tentang lomba 17 Agustusan, apakah Teman Relawan tahu jika setiap lomba memiliki makna dan nilai-nilai kerelawanan tersembunyi di dalamnya? Jika belum, yuk simak artikel ini lebih lanjut!
Belajar Bekerja Keras Melalui Balap Karung
Sumber gambar: Media Indonesia
Siapa sih yang tidak tahu dengan lomba balap karung? Setiap orang dari berbgai kalangan pasti sangat dengan lomba satu ini, terlebih sering dijumpai saat perlombaan 17 Agustus. Terkadang lomba ini juga sering dijumpai pada acara dan momen tertentu, misalnya acara di sekolah, reunian, ataupun acara keluarga. Fun fact dari lomba balap karung adalah adanya nilai dan makna sejarah juga, lho? Berdasarkan sejarah, makna secara literal dari lomba balap karung yaitu simbol menginjak-injak penderitaan yang telah dirasakan selama ini terhadap penjajahan kolonial Belanda saat itu. Pakaian yang diperjual-belikan pada masa itu terasa cukup mahal sehingga rakyat Indonesia menggantikannya dengan karung goni yang diberi bolongan pada sisi atas dan bawahnya. Namun, rakyat Indonesia menginjak-injaknya sehingga tercipta sebuah aktivitas yang menyenangkan dan berlanjut menjadi sebuah permainan.
Teman Relawan juga dapat mengambil makna tersirat dari lomba balap karung yaitu nilai-nilai kerja keras di dalamnya. Kita tahu bahwa ketika kita mengikuti lomba balap karung hal yang paling terlihat adalah tujuan untuk mencapai garis finish dengan bergerak melompat secepat yang kita bisa. Makna tersebut mengartikan bahwa kita sebagai relawan juga perlu bekerja keras untuk mencapai tujuan kegiatan yang ingin kita capai dengan sebaik-baiknya. Selain itu, kita perlu mengukur tingkat kemampuan diri sebelum mencapai tujuan dengan melihat seberapa besar usaha kita untuk mencapai target sehingga hasil yang didapat berbanding lurus dengan proses yang kita kerjakan.
Belajar Sabar Melalui Makan Kerupuk
sumber gambar: Kompas
Kamu lagi lapar tapi anaknya ambisius banget pasti akan suka sama lomba satu ini, ya, makan kerupuk! Jika dikulik dari sejarah, lomba makan kerupuk sudah ada sejak tahun 1950-an, di mana pada saat itu rakyat Indonesia hidup pasca penjajahan mulai berakhir. Keadaan ekonomi yang belum stabil ditambah butuhnya hiburan dikala itu, membuat kerupuk sebagai sumber pangan utama dijadikan sebuah perlombaan, mengingat harga yang cukup terjangkau. Setelahnya lomba makan kerupuk identik dengan peringatan lomba 17 Agustusan sampai hari ini dan masuk ke-dalam list lomba setiap tahunnya.
Nilai kerelawanan yang dapat kita pelajari dari lomba ini adalah kesabaran. Kita tahu saat mengikuti lomba ini, kita berusaha menjadi yang tercepat dengan menengadahkan wajah ke atas sembari tangan dilipat ke belakang. Ketika mencoba meraih kerupuk pun cukup sulit karena hanya mengandalkan mulut saja. Kita seperti diberikan contoh bahwa semua yang ada di dalam hidup butuh usaha, dan setiap usaha butuh kesabaran.
Belajar Kompak Melalui Tarik Tambang
sumber gambar: Kompas
“Buat si paling pemberani dan si paling gagah, wajib banget ikutan tarik tambang!” pekik banyak panitia lomba 17 Agustusan di seluruh Indonesia. Ya, lomba tarik tambang merupakan salah satu lomba yang paling ditunggu karena situasi yang paling asik dan sangat kompetitif. Berdasarkan sejarah, tarik tambang pada mulanya diperkenalkan Belanda ke rakyat Indonesia sebagai bahan untuk menarik benda berat. Akan tetapi pada prosesnya rakyat Indonesia menjadikannya hiburan dengan menariknya ke dua arah yang berbeda. Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa tarik tambang dijadikan acuan ketahanan fisik dan performa seorang laki-laki dewasa. Namun, beberapa negara seperti Cina, Mesir, dan India digunakan untuk mengetahui stamina fisik seorang laki-laki dewasa.
Nilai kerelawanan dari lomba tarik tambang ini adalah kekompakan atau solidaritas. Seperti yang kita tahu, ketika lomba tarik tambang diadakan semua peserta akan berlomba-lomba secara bersama menarik tali ke arah belakang agar lawan masuk ke arena kelompok. Berdasarkan latar tersebut, nilai kekompakan atau solidaritas perlu dimiliki setiap individu dalam kelompok sehingga satu sama lain dapat bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Belajar Menyusun Strategi Melalui Panjat Pinang
sumber gambar: Kompas
Berdasarkan sejarah, lomba panjat pinang diperkenalkan oleh Belanda pada 1930, di mana lomba ini sebagai hiburan pada momen tertentu, seperti hajatan, pernikahan, dan acara ulang tahun. Pada masa itu, hadiah yang digantungkan adalah keju, gula, dan pakaian. Fun fact dari lomba ini adalah Belanda sengaja membuat perlombaan ini sebagai media hiburan mereka melihat pribumi berbondong-bondong mengambil hadiah di pangkal atas tiang dan acak kali mereka menertawakannya. Akan tetapi, bagi pribumi saat itu untuk pakaian serta bahan pangan cukup mahal, maka mengikuti panjat pinang adalah hal yang menguntungkan dan cukup membantu kebutuhan mereka saat itu.
Namun, dibalik sisi kelam latar belakang lomba panjat pinang, kita dapat mengambil sisi positifnya berupa nilai kerelawanannya yakni menyusun strategi. Ketika bermain panjat pinang, kita dengan kelompok berlomba untuk memikirkan strategi apa yang digunakan agar semua hal yang direncanakan dan tujuan dapat tercapai secara maksimal.
Lomba 17 Agustus memiliki nilai dan semangat kemerdekaan yang berkobar di dalam hati teman relawan untuk terus menjadi relawan dengan cara dan niat baik menjadi aksi baik hari ini bersama komunitas yang tergabung dalam indorelawan.org
Ditulis oleh Muhammad Irwan Maulana
Disunting oleh Rifka Rimbi