Berbicara mengenai alasan menjadi relawan, masing-masing orang memiliki alasan nya sendiri untuk berkontribusi secara aktif membantu masalah yang terjadi di masyarakat. Sebelum memasuki dunia relawan, ada beberapa pertanyaan yang biasa ditanyakan. Salah satunya mengenai motivasi atau alasan kamu tertarik untuk terjun di dunia relawan.
“Apa motivasi kamu menjadi relawan?”
Kalau ada pertanyaan diatas, kira-kira jawaban teman-teman seperti apa?
Menjadi Relawan, Mengasah Kemampuan
Kesempatan untuk menjadi seorang relawansangat terbuka lebar. Tidak hanya dari kegiatan-kegiatan dari komunitas sosial, tetapi kita bisa memanfaatkan acara kepanitiaan yang diadakan di sekolah, kampus, dan lingkungan sekitar lainnya untuk berpartisipasi membantu orang lain.
Berbicara mengenai membantu orang lain, sebagian besar orang menjawab bahwa alasan tersebut menjadi motivasi yang kuat untuk menjadi relawan. Selain itu, jaringan sosial dan relasi pertemanan juga menjadi hal yang dicari oleh calon relawan.
Berawal dari alasan di atas, pengalaman menjadi relawan atau volunteer tidak hanya bermanfaat untuk mengasah kemampuan, namun pengalaman tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk mengembangkan karir di masa depan.
Kemampuan organisasi yang dibutuhkan dalam membangun karir seperti berkomunikasi, manajemen waktu, kepemimpinan, bekerja secara tim, kemampuan penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan paling utama yaitu pemahaman terhadap orang lain bisa kamu dapatkan melalui kegiatan relawan.
Relawan Mengantar Pada Kesuksesan
Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan ketika menjadi relawan, partisipasi generasi muda di dunia relawan semakin meningkat. Banyak dari kita mempertimbangkan bahwa menjadi relawan dapat membantu dalam meningkatkan skill dan personal branding.
Banyak dari generasi muda kita yang menggunakan sosial media mereka untuk update kegiatan relawan mereka sebagai bentuk personal branding. Tentu hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan keinginan dan mendorong teman-teman yang lain untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan yang sama.
Namun, tidak jarang dengan persepsi tersebut, kita mengambil semua kesempatan tanpa memperhatikan kegiatan yang memang kita minati. Hal ini bisa terjadi karena salah satu faktor yaitu adanya bias dalam berpikir.
Tentang Bias dalam Berpikir
Apakah dari kalian pernah mendengar tentang bias dalam berpikir?
Umumnya kita sebagai manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda. Kedua hal tersebut ternyata sering dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengambil sebuah keputusan. Pada beberapa kondisi, secara tidak sadar kita menganggap pemikiran kita adalah yang paling benar, namun sebenarnya pemikiran kita bisa menjadi salah meskipun tidak sepenuhnya.
Terkadang manusia tidak menyadari ada hal yang keliru pada persepsi atau sudut pandang mereka. Padahal tidak salahnya kita memahami cara berpikir yang benar agar dapat mengambil keputusan yang jauh lebih tepat. – Rolf Dobelli (The Art of Thinking Clearly)
The Art of Thinking Clearly juga menjabarkan beberapa jenis cara berpikir yang sebelumnya kita kira benar, namun ternyata termasuk hal yang rancu. Dengan mempelajari bias berpikir, kita dapat lebih memahami cara berpikir kritis dan memandang sesuatu secara objektif.
Bias Berpikir Yang Perlu Kamu Dihindari
Menjadi relawan adalah sesuatu yang mulia dan membawa dampak positif untuk diri kita dan masyarakat. Namun, sebelum memutuskan untuk menjadi relawan, penting bagi kita untuk benar-benar memahami kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan serta dampaknya.
Secara tidak sadar bias berpikir dapat mempengaruhi keputusan kamu dalam mengikuti kegiatan relawan. Berikut adalah 2 bias berpikir yang perlu kita hindari menurut buku The Art of Thinking Clearly.
1. Confirmation Bias
Bias konfirmasi (confirmation bias) adalah kecenderungan untuk mencari informasi yang memperkuat keyakinan atau pandangan yang kita miliki, sementara mengabaikan informasi yang bertentangan. Dalam konteks menjadi relawan, bias ini dapat menyebabkan seseorang hanya mencari informasi yang mendukung keinginan mereka untuk bergabung tanpa mempertimbangkan sudut pandang atau fakta yang mungkin menyatakan tantangan yang terkait dengan kegiatan relawan tersebut.
Penting untuk memperhatikan informasi dari berbagai sumber dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang sebelum memutuskan untuk menjadi relawan. Dengan memahami bias berpikir ini, kita memberikan rasa aman dan kepastian kepada diri kita dalam mengikuti kegiatan relawan tersebut.
2. Social Proof
“Seseorang merasa perilaku dia benar ketika berperilaku sama dengan orang di sekitarnya.”
Social proof muncul ketika seseorang cenderung meniru tindakan atau keputusan orang-orang di sekitarnya yang kita yakini itu adalah suatu hal yang benar. Dalam konteks kegiatan relawan, seseorang mungkin merasa terdorong untuk bergabung dengan suatu kegiatan atau komunitas karena melihat aktivitas dan pencapaian dari lingkungan sosial mereka, tanpa benar-benar mempertimbangkan apakah itu sesuai dengan minat atau nilai-nilai mereka sendiri. Penting untuk memastikan bahwa keputusan menjadi relawan didasarkan pada dorongan internal yang kuat dan kesadaran akan tujuan yang ingin dicapai. Dengan menyadari dan menghindari bias berpikir ini, seseorang dapat membuat keputusan menjadi relawan yang lebih sesuai dengan kebutuhan serta nilai-nilai pribadi mereka.
Kenali dirimu lebih dalam, yuk! Kamu bisa memanfaatkan website Indorelawan untuk mencari aktivitas relawan yang sesuai dengan minat kamu. Berbagai aktivitas dan organisasi akan banyak kamu temukan sebagai langkah mengambil peran untuk meningkatkan kapasitas diri.
Berani ambil langkah untuk masa depan yang cerah. Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini.
Ditulis oleh Tsamara Putri (Relawan Super Indorelawan 2024)