Single Moms Indonesia, Saling Mendukung dan Saling Menguatkan

Single Moms Indonesia, Saling Mendukung dan Saling Menguatkan

Single Moms Indonesia (SMI) menjadi salah satu komunitas yang membersamai perjalanan para Ibu Tunggal di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2014, komunitas SMI berharap dapat menjadi rumah kedua yang saling menguatkan, membantu, dan menginspirasi.

Komunitas Single Moms Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan misi mereka untuk memberdayakan dan menghapus stigma negatif masyarakat terhadap label Ibu Tunggal melalui berbagai program kegiatan. Ingin tahu program apa saja yang dilakukan? Yuk, simak perjalanannya di bawah ini.

Sejarah Single Moms Indonesia

Maureen Hitipeuw, pendiri komunitas Single Moms Indonesia, melalui proses yang cukup panjang dalam membentuk komunitas SMI. Berawal dari pengalaman pribadi yang kesulitan dalam mencari komunitas khusus untuk Ibu Tunggal, Maureen memutuskan untuk menuangkan isi pikirannya dengan menulis blog. Tulisan-tulisan yang diposting oleh Maureen membawanya pada kesempatan untuk menghadiri acara launching buku antalogi yang penulisnya merupakan single mom.

Acara launching buku yang berubah menjadi sesi curhat para single mom, membuka pandangan Maureen bahwa sebagai Ibu Tunggal membutuhkan support system dan komunitas yang menaungi Ibu Tunggal saat itu belum ada di Indonesia. Melalui acara tersebut, ia banyak berkenalan dengan single mom lainnya dan sering berkumpul.

Namun, Maureen membutuhkan dua tahun untuk merealisasikan komunitas Singles Moms Indonesia, karena masih disibukkan dengan pekerjaan. Pada tahun 2014, Maureen bersama kedua temannya membuat grup di platform Facebook. Berawal dari tiga orang, akhirnya sampai hari ini sudah menyentuh angka +1.000 orang yang mengisi formulir pendaftaran komunitas.

Struktur Organisasi

Keanggotaan komunitas Single Moms Indonesia bersifat private. Single Moms Indonesia menggunakan sosial media untuk membangun relasi partnership dan kepeduliaan masyarakat mengenai Ibu Tunggal.

Nah, kita menggunakan media sosial untuk menjalin relasi dengan partnership serta membangun awareness kita. Jadi orang tuh tahu, kalau orang nyari di Google tentang komunitas Ibu Tunggal itu pasti kita akan keluar sebagai nomor satu. Jadi, sumber masuknya ibu-ibu ini macem-macem ya. Ada yang ngelihat kita di Instagram, ada yang dari nyari di Google, ada yang langsung ke website kita, atau langsung ke Facebook Group. Jadi entry point-nya beragam banget. – Maureen Hitipeuw

Kegiatan Komunitas Single Moms Indonesia

Program kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas sangat beragam, baik online hingga kegiatan yang dilakukan secara offline.

  1. Support group melalui grup Facebook
  2. Workshop dan Pelatihan, mengundang pakar-pakar ahli dibidangnya
  3. Webinar
  4. Sharing Sessions, baik online maupun offline

Komunitas Single Moms Indonesia berkolaborasi dengan partnership sudah mengadakan berbagai topik pelatihan seperti keterampilan menulis, keterampilan bahasa Inggris, bedah CV, literasi digital, e-commerce, dan topik menarik lainnya. Sebagian besar topik pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan dari para anggota komunitas. Single Moms Indonesia juga menyediakan wadah yang membahas informasi psikologi, khususnya untuk Ibu Tunggal.

Program yang diminati oleh para Ibu di komunitas adalah Kopdar. Mereka dapat menghabiskan waktu bersama dengan saling curhat, bertukar pikiran, dan belajar ilmu baru. Kegiatan ini menjadi wadah healing mereka. Kopdar biasa diadakan secara offline, namun memungkinkan untuk dilakukan secara online yang biasa disebut Malam Curhat. Biasa dilaksanakan dua sampai tiga bulan sekali.

Biasanya kalau pas bulan Ramadan, kita adakan kegiatan kajian juga. Tahun lalu ada yang namanya Ngabuburit Online lewat zoom. Tujuannya adalah menghabiskan waktu bersama dan menemani para Ibu yang mungkin buka puasa sendiri karena LDR dengan anak-anak mereka.

Tantangan yang dihadapi

Single Moms Indonesia sebagai support group yang beranggotakan para Ibu Tunggal tentu memiliki tantangan khususnya dalam menumbuhkan komunitas, seperti cara meningkatkan program agar tepat sasaran. Selain itu, sebagai komunitas, Single Moms Indonesia memiliki misi untuk mengedukasi masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif mengenai Ibu Tunggal, hal ini juga membutuhkan proses yang panjang karena stigma mengenai Ibu Tunggal atau janda sudah berjalan sejak puluhan tahun.

Kolaborasi dan Kemitraan

Kemitraan dan kolaborasi biasanya dilakukan untuk keperluan program internal komunitas seperti kelas upgrade skill. Komunitas saat ini sedang berkolaborasi bersama Remote Skill Academy untuk mengadakan pelatihan atau workshop, misalnya pelatihan mengenai virtual assistant dan data entry.

Kalau untuk kolaborasi dengan pihak eksternal biasanya kita lihat lagi value mereka dengan value komunitas. Cocok atau nggak, sesuai atau nggak. Kalau sesuai, kita ambil, kalau nggak kita hold atau reject, karena kami ingin kolaborasi menjadi wadah yang aman bagi para ibu tunggal.

Bangkit dan Saling Merangkul Satu Sama Lain

Single Moms Indonesia memberi dampak yang besar bagi seorang Maureen Hitipeuw dalam menemukan jalan hidup. Melalui komunitas ini, ia sudah banyak berkolaborasi dengan banyak pihak yang sama-sama memiliki keinginan untuk mendukung pemberdayaan Ibu Tunggal.

Ini menjadi panggilan hidup yang sangat menyenangkan. Walaupun mengelolanya penuh tantangan, jatuh bangun itu. Tapi, kita bisa bertahan hampir 10 tahun. Itu berarti kita sudah melewati 5 tahun. Katanya kalau suatu komunitas bisa lolos 5 tahun itu dia akan lebih sustain gitu. Jadi, buat aku banyak kesempatan yang aku dapat ternyata dari yang nggak sengaja kecemplung bikin komunitas. Niatnya pengin ngumpulin teman-teman senasib aja, ternyata bisa bikin dampak positif. – Maureen Hitipeuw

Sama seperti Maureen, Ruth Ninajanty selaku Learning & Development Head juga merasakan dampak yang besar setelah bergabung dengan komunitas. Bagi Ruth, Single Moms Indonesia menjadi wadah untuk saling menguatkan, saling membantu, dan saling merangkul satu sama yang lain.

Kalau dari aku juga sebenarnya sama sih dampaknya juga besar banget. Kita di sini semua pengurusnya single moms, jadi nggak merasa sendirian. Ibu-ibu di luar sana mungkin masih banyak yang suka ke-trigger dan sebagainya. Disini kita mau mengajak dan membantu biar bisa senang sama-sama. Karena di luar sana ternyata masih banyak yang butuh bantuan, butuh penguatan, butuh teman. Jadi, itu sih dampaknya aku juga jadi ngerasa kayak ‘oh ternyata meskipun single moms hidupku berguna juga ya gitu,’ bisa nolongin single moms yang lain.

Sagita Ajeng yang menjadi Public Relations & Partnerships Head menambahkan bahwa dirinya merasa ada di dalam zona yang satu frekuensi dan itu membawanya kepada hal-hal baik. Single Moms Indonesia mengajarkan Ajeng untuk berempati terhadap sesama manusia bagaimana pun masalah mereka.

Melalui empati kita juga bisa lihat, “Oh ternyata masing-masing orang pribadi punya permasalahan yang beda ya.” Nggak ngejudge gitu. Tidak ada penghakiman. Tidak memandang bulu, alasan dia menjadi seorang ibu tunggal. Jadi, kita memang fokusnya kedepannya nih. Gimana biar ibu-ibu tunggal bisa lebih percaya diri dan move on.

Nikmati Masa Muda dan Upgrade Diri

Pernikahan menjadi sebuah babak baru dalam hidup yang harus dipersiapkan dengan baik. Berdasarkan kasus-kasus yang Maureen Hitipeuw lihat di sekitar lingkungannya bahwa sebetulnya banyak dari Ibu Tunggal yang ternyata belum atau tidak siap menikah. Jadi, sebelum memutuskan untuk menikah, alangkah baiknya untuk memikirkan secara matang dan mempersiapkan diri dengan belajar mengenai gambaran kehidupan pernikahan dengan mencari sumber bacaan, berdiskusi, dan mengikuti bimbingan pra-nikah.

Pentingnya untuk menikmati masa muda, manfaatkan waktu single dengan melakukan kegiatan positif sebanyak-banyaknya. Berusaha upgrade diri, karena lingkungan akan mengikuti. Kamu bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan positif misalnya dengan menjadi relawan di lingkungan sekitar rumahmu, lho! Untuk kamu yang tertarik menjadi relawan, kamu dapat mengunjungi website Indorelawan.

Yuk, Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini.

Penulis: Tsamara Putri
Reporter: Lis Dahniar & Mizard
Penyunting: Renita Yulistiana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *