Elvira Siska adalah alumni Universitas Brawijaya jurusan Agroteknologi dan juga pendiri Elvira Plant. Saat belajar di sana, Elvira mempelajari tentang pertanian, bagaimana tanaman tumbuh, asal-usulnya, hingga proses panen dan pemanfaatannya. Minat Elvira terhadap bidang tersebut sudah muncul sejak awal perkuliahan tahun 2015. Pada tahun 2019, Elvira memulai perjalanan di dunia pertanian karena tinggal di Jakarta dengan lahan yang sempit, lingkungan yang kacau, dan polusi yang tinggi. Hal ini mendorong Elvira untuk fokus pada urban farming, dimana ia bisa memanfaatkan lahan hijau, mulai dari halaman rumah di area terbatas. Kegiatannya meliputi menanam sayuran dan tanaman ekonomis yang bermanfaat bagi kehidupan di daerah tersebut. Awalnya hanya sebagai hobi, namun ketertarikan Elvira pada tanaman membuatnya merasa terdorong untuk mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut berkebun. Elvira yakin bahwa melakukan kegiatan bersama akan memberikan dampak yang lebih besar dan bermanfaat.
Tidak hanya Generasi Muda, Ever Plant juga melibatkan Dinas Pertanian.
Program urban farming bertujuan untuk membuka lahan baru di area perkotaan yang sebelumnya tidak pernah digunakan untuk pertanian. Bersama teman-temannya, mereka bekerja sama dengan dinas pertanian terkait untuk mencari lokasi di Jakarta. Setidaknya, setiap kecamatan harus memiliki satu lokasi lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai area hijau.
Kegiatan pertanian itu memang membutuhkan proses yang cukup panjang, mulai dari menanam benih, merawat, memberi pupuk, menyiram, hingga mengolah lahan. Harus tahu seperti apa kondisi lahan yang akan ditanami dan bagaimana cara mengelolanya hingga tiba saat panen. Namun, kegiatan pertanian tidak berhenti di situ saja. Setelah panen, perlu juga memikirkan bagaimana cara menjual produk, seperti apa bentuk dan manfaatnya. Jika dilakukan sendiri, tentu akan sulit. Oleh karena itu, Elvira mengajak generasi muda untuk bersama-sama memotivasi dan mengedukasi yang lain bahwa berkebun itu menyenangkan dan bermanfaat.
Fokus Utama Urban Farming yang didirikan oleh Ever Plant.
Sebenernya untuk fokus utama aspek sosial, itu tidak menjadi fokus utama diawal. Tapi setelah berjalan, keliling, sharing-sharing ke orang baru, memberikan ilmu tentang pertanian, mengajak mereka untuk berkebun, melakukan kegiatan urban farming yang tentunya menyenangkan memiliki banyak manfaatnya itu akhirnya hati saya tergerak dan aspek sosial dan aspek kemanusiaan ini mengikuti.
Ada banyak manfaat dari urban farming yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah bisa menjadikan hobi kita sebagai pengisi waktu luang yang menyenangkan. Selain itu, urban farming juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Dengan adanya kebun di perkotaan, lingkungan sekitar akan menjadi lebih hijau, rindang, dan asri. Bahkan, juga bisa berpartisipasi dalam membersihkan area yang dulunya adalah tempat pembuangan sampah, kemudian mengubahnya menjadi lahan hijau yang bermanfaat. Selain itu, urban farming juga memiliki nilai ekonomis. Dengan memiliki kebun sendiri, artinya bisa memanen sayuran setiap hari tanpa perlu membelinya. Selain itu, sudah pasti mengetahui produk apa yang digunakan dalam pertumbuhan tanaman tersebut, sehingga memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitar. Dengan semua manfaat ini, tidak ada alasan untuk tidak mencoba urban farming.
Dari hal kecil ini, setiap kali Elvira mengunjungi suatu wilayah untuk menceritakan urban farming, masyarakat menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi. Mereka merasa senang dan merasa terbantu dengan kedatangan Ever Plant yang mengajarkan mereka cara bercocok tanam dan memanfaatkan lahan agar memiliki nilai ekonomis. Dari situ, Elvira dapat bergerak, bertemu dengan orang-orang baru, dan memberikan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat.
Tantangan di tengah masyarakat tentang urban farming.
Urban farming adalah kegiatan yang membutuhkan waktu yang lama. Terkadang, masyarakat merasa bosan dengan kegiatan ini, terutama karena tidak ada jaminan bahwa tanaman yang ditanam akan berhasil 100%. Bahkan petani yang sudah ahli pun bisa mengalami kegagalan panen atau apes setelah bertahun-tahun menanam. Dari pengalaman ini, Elvira menyadari bahwa tantangan terbesar baginya adalah menghadapi kegagalan dalam proses penanaman dan pertumbuhan tanaman yang tidak dapat dikendalikan.
Kami akan selalu memberikan tips, trik, dan motivasi kepada masyarakat sekitar untuk berkegiatan, karena yang penting adalah memberikan rasa empati dan kesadaran kepada mereka untuk berkegiatan di bidang urban farming. Jika mereka tidak sadar dan merasa kegiatan ini tidak sesuai dengan mereka, maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan terus-menerus. Namun, jika kita bisa meyakinkan mereka tentang manfaat dari kegiatan yang kita lakukan, mereka akan terus melaksanakannya. Yang penting adalah memberikan motivasi, melakukan monitoring, dan memberikan edukasi. Kebanyakan orang yang berhasil menanam sayur akan merasa tertantang untuk menanam tanaman buah-buahan dan pohon.
Dari sana Elvira belajar apa yang kurang, apa yang harus diperbaiki, dan dari situ ia meyakinkan masyarakat bahwa jika tanamannya gagal atau tidak tumbuh karena ada faktor lain. Semangat dari masyarakat harus dibangun agar mereka tetap mau berkegiatan, bekerja lagi, dan turun langsung. Ada pepatah yang bilang “di Indonesia, jika kita lempar benih di tanah, itu akan tumbuh, apalagi di area yang sudah kita persiapkan dengan baik, menggunakan media yang baik, dan sudah mendapatkan edukasi, pasti akan berhasil”. Tinggal disesuaikan dengan jenis tanaman yang cocok di area tersebut, bagaimana iklimnya, dan curah hujannya.
Pendidikan juga sangat penting bagi komunitas yang tertarik pada bercocok tanam di perkotaan. Peran penyuluh pertanian, penghobby tanaman hias, komunitas, dan perusahaan swasta yang peduli terhadap CSR sangat vital dalam memotivasi mereka untuk memanfaatkan lahan di perkotaan demi kebaikan diri dan lingkungan. Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini.
Project Relawan Super Indorelawan 2024
Reporter: Sevy Sintya Maharani
Copywriter: Farhatin & Indah Suryani
Editor: Indorelawan