Di balik gencarnya pembangunan di daerah Jakarta Utara, terdapat sanggar belajar yang berdiri dengan sederhana. Di dalamnya terdapat anak-anak dengan niat dan mimpi besar untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin walaupun dengan keterbatasan ekonomi keluarga. Nama tempat itu adalah Sanggar Belajar Orang Pinggiran atau lebih dikenal SBOP yang terletak di Jl. Komp. PT. SPS, RT.2/RW.5, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing. Sanggar kecil ini, yang juga terletak dekat Tol Lingkar Luar Jakarta, berdiri sejak sekitar akhir Januari tahun 2015.
Berdirinya SBOP tidak lepas dari sosok seorang kelahiran 15 Mei 1980 asal Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang bernama Manaek Tua Parlindungan yang mengumpulkan anak jalanan, seperti pemulung untuk belajar. Beliau hanya tamatan SMA/Sederajat dan berprofesi sebagai Office Boy. Alasan beliau mendirikan SBOP sangat unik, inspiratif sekaligus mengharukan. “Karena saya ke Jakarta malah terlantar didaerah ini (Rorotan), sungguh sangat memprihatinkan!”, kata Pak Manaek.
Ketika awal-awal berdirinya SBOP juga tidak lepas dari kesulitan-kesulitan yang Pak Manaek hadapi untuk tetap mempertahankan sanggar ini dan meyakinkan warga setempat. Beberapa kesulitan yang beliau alami juga dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga, di antaranya adalah keseriusan anak-anak dalam belajar karena terbiasa berada di jalanan, sikap antipati dari orangtua anak-anak, bahkan beliau pernah dituduh melakukan kristenisasi oleh warga sekitar. “Padahal tempat kegiatan belajar mengajar SBOP sangat terbuka lebar-lebar (untuk semua kalangan). Ya.. wajar saja sih, karena saat itu lagi musim-musimnya panas isu SARA PILKADA DKI Jakarta.”, tambahnya. Alhasil, karena memang niat tulus dari Pak Manaek dan para relawan pengajar, SBOP tetap berdiri dengan dukungan tokoh masyarakat, RT/RW, dan warga setempat.
Hari demi hari, antusiasme anak-anak yang belajar di SBOP semakin meningkat, walaupun tidak ada metode khusus untuk mengajarkan anak-anak di SBOP. Sesekali pelajaran diselingi dengan lelucon, dongeng, dan motivasi agar anak-anak dapat memperbaiki ekonomi keluarga dan orang-orang sekitar di kemudian hari. Pak Manaek dan para relawan pengajar bekerja keras agar anak-anak yang belum bisa membaca dan putus sekolah tetap memiliki semangat untuk belajar. Terkadang beliau juga mengalami kesulitan untuk membagi kelas karena fasilitas yang dimiliki SBOP terbatas.
Selain pelajaran sekolah anak-anak di SBOP juga diajarkan tentang bagaimana berperilaku sopan dan santun, pola hidup bersih, tolong-menolong, dan toleransi. Di samping mendirikan SBOP dan mengajar, Pak Manaek punya cita-cita yang belum terealisasikan selama tiga tahun beliau tinggal di sana, yaitu ingin sekali mewujudkan lingkungan tempat beliau mengajar menjadi bersih, seperti terdapat tempat untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan tempat sampah karena beliau prihatin dengan pola hidup dan kesehatan warga.
Sebagai penutup, Pak Manaek memberi pesan kepada teman-teman yang belum dan sedang terjun #JadiRelawan, yaitu “#JadiRelawan jangan hanya isi waktu kosong semata, teori doang, janji-janji, dan bohong pula, atau karena sudah punya uang atau penyumbang yang baik, tapi gak memiliki goal/tujuan dan pembuktian! Ya minimal ubah dan sukseskan 1 orang lain saja dalam kerelawananmu!”