Kita semua tahu, pendidikan adalah aspek terbaik untuk mengatasi stereotip gender yang berbahaya, membangun kepercayaan diri anak perempuan dan wanita muda serta membekali mereka dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai contoh, Greta Thunberg, Emma Gonzales, dan Malala Yousafzai hanyalah tiga wanita muda dari seluruh dunia yang menggunakan suara mereka untuk menuntut dunia yang lebih setara dan berkelanjutan.
Kekuatan transformatif pendidikan untuk para anak perempuan
Selain meningkatkan kualitas hidup, pendidikan yang bersifat inklusif juga melengkapi anak-anak muda dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berkembang sebagai warga negara yang aktif dan mencapai kesetaraan gender. Di sisi lain, penting untuk digarisbawahi bahwa sistem pendidikan selayaknya tidak memperkuat stereotip gender yang berbahaya – misalnya, melalui buku pelajaran yang secara eksklusif menggambarkan laki-laki dalam posisi berkekuatan tinggi dan perempuan hanya dalam peran merawat dan mengasuh. Sekolah seharusnya menjadi ruang di mana para laki-laki dan perempuan menjalankan hak-hak pilihan mereka, membuat suara mereka didengar, dan menemukan kekuatan mereka sendiri sebagai pemimpin.
Perempuan yang berpendidikan adalah wanita yang kuat
Di berbagai negara, termasuk Indonesia, banyak kita temukan perempuan yang menghadapi pengalaman berbagai kerentanan, misalnya keterbatasan dalam mengakses pendidikan, layanan kesehatan atau bahkan pekerjaan. Ini meningkat secara eksponensial bagi orang-orang yang tinggal di daerah terpencil. Sedangkan, banyak peneliti berpendapat bahwa populasi yang berpendidikan lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam tindak kekerasan daripada mereka yang kurang terdidik, dan bahwa ada korelasi langsung antara pendidikan dan tingkat pendapatan. Dalam situasi ini, mendidik anak perempuan menjadi lebih dari hanya strategi untuk peningkatan ekonomi, tetapi juga jalan menuju penyelesaian konflik dengan memberikan edukasi kepada semua pihak untuk menggunakan cara-cara alternatif mencari perubahan tanpa kekerasan.
Fakta: Pendidikan untuk perempuan memiliki dampak positif
United Nations Global Goals telah menetapkan ambisi yang berani, salah satunya adalah memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas untuk semua pada tahun 2030. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 4 secara khusus mendorong kita untuk berkomitmen dalam mengatasi kesetaraan gender melalui pendidikan dan menghilangkan hambatan yang dihadapi oleh anak perempuan di sekolah. Di samping itu, kunci dari tantangan kebijakan adalah untuk memastikan bahwa para kaum perempuan telah memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan stereotip gender.
Banyak suara diperlukan
Kebanyakan forum sering menghasilkan sejumlah resolusi dan rekomendasi, tetapi sangat sedikit yang berfokus pada peran pemuda untuk pendidikan dan kesetaraan gender. Pemberdayaan pemuda perlu dimasukkan dalam agenda sehingga pendidikan yang berkualitas tetap menjadi hak bagi para perempuan, dan agar kita tidak hanya memiliki dampak positif, tetapi juga berpartisipasi dalam negosiasi perdamaian.
Terlepas dari kenyataan bahwa kaum muda memainkan peran penting dalam mempromosikan pendidikan inklusif bagi perempuan dan anak perempuan, di beberapa bagian dunia, kaum muda masih tetap diam akan ketidaksetaraan gender dalam lingkup pendidikan. Sedangkan, kaum muda adalah agen untuk perubahan dan kebaikan, dan dengan energi mereka, ketika diberi kesempatan untuk menggunakan hak-hak mereka, mereka dapat memberikan dampak yang positif. Anak muda memiliki keberanian dan energi yang besar sehingga mereka dapat menantang stereotip negatif mengenai perempuan dan perempuan dan menuntut kesetaraan gender. Indorelawan mengajak semua orang untuk mulai menginvestasikan waktu untuk membantu orang-orang dalam konflik dan keadaan darurat, sehingga mereka dapat memaksimalkan sumber daya manusia, membekali anak perempuan dengan keterampilan yang diperbarui, anak-anak dilindungi dan dilestarikan hak mereka untuk pendidikan, dan menjadi fleksibel sehingga mereka menjamin kohesi sosial , inklusi, dan kesejahteraan untuk semua. Lakukanlah semua yang bisa kita lakukan untuk untuk membangun dunia di mana lebih banyak anak dan remaja, khususnya anak perempuan, memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas. Masalah dengan kita semua adalah, karena kita sering berpikir kita tidak bisa melakukan sesuatu yang besar, kita akhirnya tidak melakukan apa-apa.