Banyak kita dengar bahwa hidup adalah pilihan. Menjadi relawan juga adalah sebuah pilihan. Dikutip dari Indorelawan.org pada 1 maret 2023 sebanyak 253.494 relawan dengan niat baik telah terdaftar. Banyak orang yang tertarik menjadi relawan dengan tujuan yang mulia. Beberapa diantaranya ada yang berkeinginan menjadi relawan agar hidupnya bisa bermanfaat bagi hidup orang lain, membantu isu-isu sosial, dan banyak juga diantara mereka yang memilih menjadi relawan dengan tujuan untuk mewujudkan niat baik mereka. Ya, sesuai dengan slogan kami Indorelawan yaitu “Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini”, kami mewadahi bagi setiap orang yang ingin mewujudkan niat baiknya untuk berkontribusi dalam membantu isu-isu yang ada di Indonesia.
Adim Windi Yad’ulah (22) atau yang dikenal dengan sapaan Adim adalah salah satu yang memilih hidupnya untuk menjadi relawan. Adim telah menjadi relawan sejak ia masih SMA dan hingga kini pun ia masih aktif menjadi relawan.
Mulanya saat Adim masih SMA kegiatan yang dilakukan nya yaitu bagi-bagi makanan untuk para korban bencana alam. Namun, pada saat itu Adim belum terpikirkan untuk aktif menjadi relawan, terlebih menurutnya apa yang dia lakukan adalah semata-mata bentuk kepedulian dia terhadap sesama. Pada semasa itu, di dalam dirinya ia belum menemukan kata “relawan.”
Seiring berjalannya waktu Adim tumbuh menjadi sosok yang mulai bertanya-tanya “Apa tujuan aku hidup?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus berputar di kepalanya dan sejak saat itu Adim berusaha mencari jawaban yang tepat. Berbagai usaha Adim lakukan untuk mencari jawaban mengenai apa makna hidup yang sebenarnya, yang tepat, dan masuk akal baginya. Hingga pada suatu masa ia menemukan jawaban atas pertanyaan yang terus menggantung. Jawaban yang dia dapatkan berasal dari prekuel Habibie & Ainun (2016). Dalam film tersebut terdapat adegan dimana Habibie yang pada saat itu sedang sakit melihat bayangan ayahnya sedang menguatkannya, “ingat mata air Rudi. Kalo kamu baik pasti disekitar kamu juga baik. Tapi kalo kamu kotor di sekelilingmu juga pasti akan mati.” Adegan itu diselingi alur mundur dimana Habibie kecil dan sang Ayah berada di sekitaran sungai yang dialiri oleh air yang jernih.
Akhirnya dari prekuel Habibie & Ainun (2016) tersebut Adim ingin hidup menjadi seperti mata air. Ia ingin hidupnya juga bisa bermanfaat bagi orang lain. Berangkat dari niat yang mulia tersebut secara tidak sengaja langkah-langkah Adim pun ditunjukkan oleh Allah SWT ke hal-hal baik. Selepas tamat SMA, Adim melanjutkan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi Yogyakarta dan mengenal banyak organisasi yang bergerak dibidang isu-isu sosial.
“Menjadi Mata Air” prinsip hidupnya kini. Dan berangkat dari prinsip nya itu Adim pun mulai bergabung di beberapa kegiatan kerelawanan. Semasa perkuliahannya ia aktif di beberapa organisasi salah satunya adalah Kagem. Kagem merupakan organisasi sosial-pendidikan yang berada di Yogyakarta (baca selengkapnya disini). Dan hingga saat ini pun Adim masih aktif di organisasi tersebut.
Sumber: Dokumen Pribadi Adim W
Di Kagem ia telah menemukan cintanya menjadi relawan. Banyak pengalaman yang berkesan yang telah membuat dia akhirnya jatuh cinta jadi relawan. Adim menceritakan bahwa setiap ia selesai mengajar ia merasa dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain itu Adim juga membagikan kisah mengharukan mengenai Zaki sang murid Kagem yang berhasil menyentuh hatinya. Zaki adalah seorang murid yang pemalu dan belum bisa membaca. Berbagai pendekatan telah Adim lakukan terhadap Zaki dengan maksud agar sang murid mau terbuka dan nyaman dengannya, bahkan walaupun pada saat itu kelas dilakukan secara daring – karena covid-19 – Adim terus berusaha.
Hingga pada saatnya tiba, Zaki mulai mahir membaca dengan baik. Melihat perkembangan sang murid tersebut Adim merasakan kebahagiaan dalam diri nya. Ia merasa kepuasan yang ada dalam dirinya terpenuhi tapi tentu belum usai sampai disitu. Justru perasaan-perasaan itu tumbuh di hatinya menjadi sesuatu yang lebih besar lagi. Prinsip “Menjadi Mata Air” kini telah berakar kuat dalam dirinya.
Selama menjadi relawan, Adim merasakan perubahan-perubahan dalam dirinya. Dengan menjadi relawan ia dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Hatinya menjadi lebih peka terhadap sesama. Kadang kala, saat ia tidak sengaja melihat beberapa orang-orang yang terlantar di jalanan, hal yang pertama kali ia pikirkan adalah “apakah orang tersebut sudah makan atau belum?”. Ya, dengan menjadi relawan ia merasa telah menjadi manusia.
Sumber: Dokumen Pribadi Adim W
Adim berharap semoga dimanapun dia berada ia selalu bisa bermanfaat untuk orang lain. Bahkan Adim berharap semoga ia kelak dipekerjakan di bidang yang sesuai dengan cita-citanya itu, bisa selalu dekat dengan anak-anak, mengajar anak-anak, dan membantu para warga-warga yang butuh bantuan. Ia bahkan dengan sukarela menerima apabila harus ditempatkan di tempat yang jauh dari peradaban sekali pun.
“Pertama menjadi relawan merupakan panggilan. Panggilan hati, panggilan jiwa, atau panggilan apapun itu. Kedua, jangan takut dulu tapi dilakukan aja dulu, kalo udah nyaman dan ikhlas kata “relawan” akan bekerja dengan caranya sendiri. Jadi tidak perlu khawatir mengenai kemampuan kamu menjadi relawan karena nanti Tuhan akan punya caranya sendiri untuk orang-orang baik.” Pesan Adim Windi Yad’ulah, 2023 untuk para calon relawan yang masih ragu mendaftarkan diri jadi relawan.
Sekarang giliran kamu nih buat #JadiRelawan! Yuk daftarkan diri kamu di Indorelawan.org sekarang, Ubah Niat Baik Jadi Aksi Baik Hari Ini.
Ditulis oleh Sinta Barokah
Disunting oleh Renita Yulistiana
Referensi
Yad’ulah, A. W. (2023, February 6). (S. Barokah, Interviewer)
https://cdn.cgv.id/uploads/movie/compressed/19037100.jpg
https://www.indorelawan.org/o/