Menjadi relawan bukan sekadar soal niat baik, tapi juga tentang membekali diri dengan keterampilan yang mendukung aksi nyata. Dari perjalanan Safari Kebaikan Arin dalam Safari Kebaikan, kita bisa belajar bahwa ada beberapa skill relawan yang wajib dimiliki agar kegiatan suka rela ini berdampak maksimal.
Berikut 5 skill terbaik versi Arin yang bisa kamu pelajari dan terapkan jika ingin terjun ke dunia kerelawanan. Ada yang sudah kamu coba asah sebelumnya?
Nggak semua orang punya waktu luang, tapi semua orang bisa meluangkan waktu untuk berbuat baik. Lewat kisah Arin, kita bisa lihat bahwa jadi relawan butuh lebih dari sekadar niat. Ada skill yang harus diasah agar kebaikan bisa sampai dengan tepat.
Empati yang Tulus dan Aktif
Empati adalah skill relawan dasar yang harus dimiliki setiap relawan. Bagi Arin, empati bukan cuma soal merasa kasihan, tapi benar-benar hadir untuk memahami situasi orang lain dari hati.
Saat bersama anak-anak yatim, ia belajar mendengarkan tanpa menghakimi, bahkan ketika hanya lewat coretan gambar. Artinya, ia berfokus pada perubahan yang muncul dari hal-hal kecil yang ia lakukan.
“Saya selalu menyorotinya dari dampak yang terlihat ketika saya melakukan kebaikan ini,” ujar Arin.
Saat seorang anak menggambar bunga dan bilang ingin “mekar” dan bermanfaat bagi sekitarnya, Arin menyadari betapa besar makna dari perhatian kecil. Empati juga membantu relawan membangun koneksi yang hangat dan tidak kaku. Anak-anak bisa merasakan ketulusan lewat ekspresi, bahasa tubuh, dan cara relawan berinteraksi. Tanpa empati, kegiatan sosial bisa terasa hambar dan tidak menyentuh hati.
Maka, Arin selalu mengusahakan hadir dengan hati penuh, bukan sekadar fisik. Dengan empati aktif, kamu bisa menyentuh lebih banyak jiwa, dan mereka akan mengingatmu bukan karena bantuanmu, tapi karena kehadiranmu.
Komunikasi yang Hangat dan Adaptif
Skill Relawan lainnya tentu harus bisa berkomunikasi dengan beragam karakter dan usia, terutama anak-anak. Tantangan terbesar Arin adalah saat menghadapi anak-anak yang pemalu atau sulit diajak bicara.
“Tantangan terbesar yang saya hadapi dalam kegiatan ini adalah membangun kedekatan dengan anak-anak,” kata Arin.
Di sinilah skill komunikasi adaptif dibutuhkan, nggak semua anak bisa langsung terbuka, jadi Arin menggunakan pendekatan personal yang hangat. Ia sering mulai dari hal-hal sederhana seperti menggambar bareng atau mendengarkan cerita di balik lukisan mereka. Melalui cara ini, anak-anak merasa aman dan dihargai. Arin tidak memaksa mereka bicara, tapi memberi ruang agar mereka nyaman bercerita saat siap.
Komunikasi yang baik juga membantu menciptakan suasana positif dan penuh kepercayaan. Bagi Arin, berbicara bukan hanya soal menyampaikan, tapi tentang menciptakan ikatan. Inilah yang bikin pertemuan singkat bisa berkesan dalam jangka panjang. Jadi, pastikan kamu juga belajar menjadi komunikator yang sabar, fleksibel, dan penuh kehangatan ya!
Kreativitas dalam Aktivitas Sosial
Siapa bilang relawan hanya memberi bantuan logistik? Arin membuktikan bahwa kreativitas bisa membuat kegiatan jadi lebih bermakna dan menyenangkan. Saat di Asrama Yatim Mandiri Bogor, ia mengajak anak-anak menggambar di media celengan sambil belajar soal menabung.
“Tujuannya untuk menanamkan kesadaran menabung sejak dini, terutama bagi anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua lengkap,” tutur Arin.
Aktivitas sederhana ini jadi cara menyisipkan edukasi keuangan dengan cara yang seru. Anak-anak diajak untuk memberi makna pada gambar mereka, yang secara tidak langsung juga melatih empati dan berpikir kritis.
Arin percaya bahwa kegiatan sosial bisa dibuat lebih interaktif dan berkesan jika dibalut kreativitas. Lewat metode seperti ini, anak-anak merasa dilibatkan, bukan hanya sebagai penerima bantuan. Skill relawan yang kreatif juga membuat relawan lebih fleksibel menghadapi keterbatasan tempat atau alat, dengan sedikit improvisasi, kamu bisa bikin kegiatan yang impactful walau dengan sumber daya terbatas. Jadi, jangan takut untuk eksplor ide-ide baru saat jadi relawan. Justru, dari sanalah banyak kebaikan tumbuh.
Manajemen Waktu dan Komitmen
Banyak orang merasa sulit terlibat jadi relawan karena alasan waktu. Tapi Arin membuktikan bahwa kesibukan bukan halangan untuk tetap berbuat baik.
“Di tengah kesibukan kerja saat ini, saya tetap ingin melakukan banyak kegiatan untuk pengalaman berharga yang nggak ditemukan di tempat kerja,” ujar Arin.
Ia bekerja sebagai copywriter dan tetap bisa aktif jadi relawan dengan mengatur waktunya secara bijak. Akhir pekan dan hari libur dimanfaatkan untuk kegiatan sosial tanpa merasa terbebani. Bagi Arin, ini bukan soal punya banyak waktu, tapi soal meluangkan waktu. Ia membuktikan bahwa komitmen yang kuat bisa mengalahkan rasa lelah atau sibuk.
Kuncinya adalah disiplin dalam mengatur prioritas dan menjaga semangat agar tidak padam. Komitmen seperti ini membuat Arin jadi pribadi yang konsisten dan bisa diandalkan dalam tim relawan. Jadi kalau kamu ingin terjun ke dunia relawan, pastikan kamu siap menjaga komitmen. Karena kebermanfaatan itu butuh skill relawan mencakup konsistensi dan semangat luar biasa.
Kesabaran dan Kemauan untuk Terus Belajar
Menjadi relawan artinya siap menghadapi dinamika yang tidak selalu mudah. Kadang, situasi tak berjalan sesuai rencana, atau orang-orang yang kamu bantu justru menutup diri. Tapi Arin belajar bahwa sabar adalah kunci untuk terus melangkah. Ia mengaku bahwa kegiatan relawan mengajarkannya banyak hal, terutama tentang mendengarkan dan mengendalikan diri.
“Kegiatan relawan ini tak hanya memberi ruang untuk berbagi, tetapi juga menjadi tempat belajar yang tak tergantikan,” kata Arin.
Ia belajar tentang keikhlasan, kesabaran, dan memahami bahwa tidak semua orang akan langsung merespons kebaikanmu. Kadang harus beberapa kali mencoba pendekatan sebelum akhirnya anak-anak merasa nyaman. Proses ini justru memperkaya skill relawan Arin dan membuatnya tumbuh secara personal. Ia menyadari bahwa jadi relawan juga berarti belajar menjadi manusia yang lebih sabar dan dewasa. Jadi, jangan takut salah atau gagal saat jadi relawan. Terus belajar dari setiap interaksi, dan kamu akan jadi versi terbaik dari dirimu sendiri.
Siap Jadi Relawan Hebat Seperti Arin?
Dari empati hingga kesabaran, Arin membuktikan bahwa jadi relawan bukan cuma soal niat baik, tapi juga kesiapan mental dan keterampilan. Tentunya, semua skill relawan ini bisa kamu latih di wadah komunitas dan organisasi yang tepat.
Yuk, mulai dari langkah kecil dan bergabung di program kerelawanan seperti di Iympack.id atau indorelawan.org. Siapa tahu, dari sana kamu menemukan makna hidup yang selama ini kamu cari.
Karena seperti kata Arin, “Ketika aksi kita bisa membantu kehidupan orang lain, itu adalah kebaikan yang berdampak.”
Menjadi relawan memang penuh tantangan, tapi dengan mengasah skill seperti Arin, setiap orang bisa memberikan dampak positif. Kunci utamanya adalah kemauan untuk terus belajar dan membuka hati bagi sesama. Jadi, jangan ragu untuk mulai berkontribusi di komunitasmu. Ingat, kebaikan kecil yang konsisten bisa membawa perubahan besar. Jadi, skill relawan apa yang sudah kamu kuasai?
Penulis: Nazhifah Husna
Penyunting: Renita Yulistiana