Social Designee: Seni dan Desain sebagai media Pembelajaran Ramah Anak

Social Designee: Seni dan Desain sebagai media Pembelajaran Ramah Anak

“Kamu calon konglomerat, ya? Kamu harus rajin belajar dan membaca, tapi jangan ditelan sendiri. Berbagilah dengan teman-teman yang tak dapat pendidikan.” –Widji Thukul

Beberapa orang memiliki kesempatan untuk mendudukkan dirinya di bangku perguruan tinggi, menimba air pengetahuan dan terus merasa haus. Namun, bagaimana dengan sisa masyarakat yang hidup di bawah garis layak atau marginal?

Melalui kalimatnya, sastrawan sekaligus aktivis hak asasi manusia, Widji Thukul nampaknya ingin mengingatkan bahwa ilmu baru akan berguna ketika berbuah amalan.

Untungnya, sementara sebagian dari kita masih fokus berpikir akan bekerja apa setelah menyandang gelar sarjana, sekelompok anak muda yang tergabung dalam komunitas Social Designee sudah lebih dulu mengambil langkah untuk mengamalkan ilmunya sebagai #MahasiswaSosial.

Pikir mereka, “Sayang sekali kalau pendidikan yang tinggi itu hanya disalurkan di bangku pendidikan, kantor, atau dalam ranah bisnis.” Padahal sebagai makhluk sosial, panca indera kerap menangkap ketimpangan di masyarakat yang semestinya dapat kita isi.

Berawal dari gagasan tersebut, Social Designee resmi dibentuk pada Desember 2015 dan secara rutin mengajak relawan untuk mengajar sambil bermain dengan adik-adik di perkampungan Tangerang, yakni Desa Madang, Kampung Carang Pulang, Dukuh Pinang, dan sekitarnya.

Uniknya, Social Designee memakai seni dan desain sebagai media pembelajaran yang ramah anak. Berbagai kegiatan yang melibatkan kertas dan kreativitas sering dilakukan untuk mengembangkan budaya sosial yang positif terhadap mahasiswa dan membentuk masyarakat yang berbudaya sosial pula.

Kenapa Desain?

“Desain sendiri umumnya digunakan untuk problem solving. Misalnya saat lingkungan gelap, didesainlah sebuah lampu. Nah desain ini juga bisa diterapkan dalam kegiatan sosial. Saat anak-anak di pedesaan minim akses ke pendidikan informal, Social Designee mendesain program yang mampu mendatangkan kakak-kakak relawan untuk memberikan pendidikan informal. Seni digunakan untuk membalut aktivitasnya supaya semakin menarik dan appealing,” ujar Founder Social Designee, Ryan Sucipto.

Aktivitas yang disebutkan merupakan kreasi seni seperti menggambar, mewarnai, membuat berbagai macam keterampilan tangan dengan anyaman, serta masih banyak lagi. Tidak hanya itu, Social Designee juga rutin mengadakan program tahunan seperti mural desa, konferensi sosial, dan buka puasa bersama.

Kreasi seni dilakukan guna menciptakan visualisasi yang mampu membantu anak mencerna informasi lebih dari sekadar tulisan. Sementara bagi relawan, media seni dan desain merupakan media yang ‘kekinian’ dan eksperimental sehingga selalu menarik untuk dilakukan.

Program-Program Social Designee

Anak-anak yang menjadi target pendidikan Social Designee adalah mereka yang berusia 6-12 tahun atau setara sekolah dasar. Untuk mereka, Social Designee membawa materi informal seperti sopan santun, kebersihan, kesehatan, dengan media visual sebagai jembatan dalam membantu anak-anak mengekspresikan pemahaman mereka.

Beberapa program dijalankan Social Designee dalam mencapai visinya, yakni program relawan rutin dan program tahunan seperti buka puasa bersama, mural, serta konferensi sosial. Info mengenai kegiatan Social Designee secara rutin mempublikasikannya melalui portal Indorelawan.org.

Dalam melakukan kegiatannya, tentu ada kendala yang dialami Social Designee. Anak-anak yang belum terbiasa dengan pendidikan informal masih sering membandingkan kegiatan Social Designee dengan kelas di sekolah. Nilai menjadi tujuan anak-anak dalam berkarya sebaik mungkin.

“Padahal, kelas Social Designee dibentuk supaya anak-anak berani berekspresi dan berkreasi. Kalau membuat karya dilandasi ketakutan pada nilai, tentunya anak-anak jadi sulit berekspresi dan berkreasi,” tutur Ryan.

Kendati demikian menurut penuturan ketua RT di sebuah desa, kehadiran Social Designee mampu mengubah kebiasaan anak-anak di perkampungan. Mereka jadi sering berkumpul di sore hari untuk sekadar menggambar bersama, lalu mengirim karya mereka ke relawan-relawan Social Designee melalui WhatsApp orangtuanya. Produktivitas ini tentu terasa sangat manis bagi teman-teman relawan.

Ke depan, Social Designee berencana untuk membentuk badan hukum dan membuka chapter di daerah lain. Mereka juga berharap agar semakin banyak #MahasiswaSosial yang mau menyalurkan ilmunya untuk #JadiRelawan di berbagai bidang.

Psst, Social Designee membuka pendaftaran relawan setiap bulan yang dapat mewadahi kamu jadi agen perubahan, lho. Yuk segera daftarkan dirimu di sini. Salam #MahasiswaSosial!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *