Kita adalah Harapan bagi Anak Autis

Kita adalah Harapan bagi Anak Autis


Badan Pusat Statistik menunjukkan data bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus ada 1,6 juta anak di Indonesia. Dari jumlah anak berkebutuhan khusus ini, diperkirakan hampir 80% di antaranya ini belum mendapatkan pendidikan yang layak.


Kesenjangan belajar di antara kelompok yang kurang beruntung, termasuk anak-anak dengan autisme, dimulai pada anak usia dini. Menurut stigma yang masih ada sampai sekarang, anak-anak autis cenderung dikaitkan dengan prestasi akademik yang rendah, dan cenderung mengalami kesulitan dalam mengikuti dan memahami pembelajaran di kelas, yang berujung pada resiko lebih rentan terhadap pengulangan dan putus sekolah.

Anak-anak autis memiliki akses yang sangat terbatas ke pendidikan karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan mereka, dan kurangnya guru yang terlatih, dukungan kelas, sumber daya serta fasilitas pembelajaran. Hal tersebut memiliki dampak seumur hidup pada kesempatan belajar, prestasi dan pekerjaan mereka di masa depan.

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pembelajaran bagi anak-anak autis, para pendidik baik guru maupun orang tua, membutuhkan dukungan metode pengajaran yang inovatif, yang dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak autis untuk memperoleh keterampilannya.

Memastikan bahwa semua anak autis memperoleh keterampilan dasar

Kunci untuk memastikan bahwa anak-anak autis dapat berhasil adalah untuk memungkinkan mereka memperoleh keterampilan dasar yang kritis, seperti membaca, menulis, dan memahami. Tanpa keterampilan dasar ini, anak-anak autis akan mengalami kesulitan untuk memegang keterampilan lainnya yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.

Anak-anak autis cenderung melakukan yang terbaik ketika ada kemitraan yang kuat antara sekolah dan rumah. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang tepat untuk membantu anak-anak autis dalam belajar. Guru dan orang tua perlu mencari tahu apa yang memicu perilaku anak yang menantang atau mengganggu dan kegiatan apa yang memunculkan respons positif.

Seperti yang dijelaskan oleh banyak peneliti, anak-anak autis terobsesi dengan rutin dan cenderung melakukan hal-hal berulang-ulang. Jadi buat suatu pola yang mencakup rutinitas pagi, aktivitas pemula, lalu selesaikan, dan melakukannya dengan cara yang sama setiap hari akan membantu anak-anak autis belajar lebih baik.

Memperlakukan anak autis dengan cara yang sama seperti memperlakukan yang lain

Tidak ada anak-anak yang ingin dikucilkan dan ditinggalkan. Sedangkan dibutuhkan usaha bagi anak-anak autis, mengekspresikan kebutuhan, minat, menyerap informasi serta menjalin pertemanan. Anak autis membutuhkan uluran tangan dari orang tua, guru, dan masyarakat agar mereka dapat berkembang di dunia abad 21. Selain itu, penting bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman sebagai “anak”, bukan pengalaman “anak autis”, atau “anak berkebutuhan khusus”.

Hari Kesadaran Autisme Sedunia 2022 berarti hari yang mana setiap orang dapat menanggapi beragam kebutuhan semua anak, termasuk anak-anak autis dan memastikan bahwa mereka tidak hanya berada di kelas tetapi berpartisipasi dan belajar, dan tidak hanya di dunia tetapi juga hidup dengan potensi dan pengalaman terbaik mereka.

Ada banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk mempelajari lebih dalam mengenai dunia autisme. Namun, cara terbaik adalah dengan memposisikan diri kita di kaki mereka. Kita semua bisa melakukan berbagai cara untuk memberi dukungan kepada anak-anak autis dan juga keluarganya, antara lain:

Jadilah Pendengar yang Aktif

Terdengar mudah, namun anak-anak autis dan para orang tua membutuhkan ruang yang aman dan bebas untuk mereka menceritakan kesulitannya. Dengan menjadi pendengar yang aktif, secara tidak langsung kamu memberikan rasa percaya diri kepada mereka dan membuatnya merasa berharga.

Bantu Hapuskan Stigma

Stigma mengenai anak-anak autis sering dikaitkan dengan anak-anak yang memiliki keterlambatan, kesulitan bergaul, serta penuh ketergantungan. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Anak-anak autisme hanyalah anak-anak yang membutuhkan dukungan lebih dari orang sekitar untuk membantunya berkembang. Kamu bisa mematahkan stigma ini dengan mulai menyerap informasi yang akurat, dan mengedukasi tentang dunia autisme kepada lingkungan sekitarmu.

Berikan Rasa Percaya Diri

Kepercayaan diri tidaklah datang begitu saja. Anak-anak autisme membutuhkan dorongan yang kuat untuk membuka potensi mereka. Jika kamu memiliki atau mengenal individu yang masuk ke dalam kategori autisme, cobalah untuk rutin setiap hari mengatakan bahwa mereka hebat, pandai, dan mampu.

Dalam konteks pendidikan bagi penyandang autisme, kolaborasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat atau komunitas menjadi hal yang sangat penting. Sudah cukup banyak stigma yang melekat pada anak-anak autis. Sudah waktunya kita semua untuk #JadiPeduli: belajar memahami, merangkul, serta membimbing mereka.

Selamat Hari Kesadaran Autisme Sedunia (2 April 2022). Karena kalau bukan dari kita yang memberikan kekuatan dan dukungan, siapa lagi? Melalui Indorelawan.org kamu juga bisa mendukung para penyandang autisme dan isu kesetaraan dari beberapa organisasi dan aktivitas kerelawanan!

Penulis: Tamara Amalia
Penyunting: Renita Yulistiana

Referensi:
https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4526310/pendidikan-formal-untuk-anak-autisme-masih-jadi-kendala-di-indonesia-apa-masalahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *