Membuat Keputusan Penting Itu Ada Caranya

Membuat Keputusan Penting Itu Ada Caranya

Membuat Keputusan- Disadari atau tidak, setiap manusia selalu membuat keputusan.

Adakalanya keputusan yang dibuat itu dalam hal kecil. Seperti apakah kamu akan bangun saat mendengar alarm atau kembali tidur.

Sementara itu, mungkin juga di waktu yang lain, kamu dituntut untuk membuat pilihan yang besar dan kompleks.

Misalnya haruskah kamu memberi surat peringatan kepada relawan yang setia dengan organisasimu selama 10 tahun tapi sayang kinerjanya kini buruk.

Fakta : Human and Decision Making

Catatan sejarah memberikan sebauh gambaran kepada kita, ternyata sejak dahulu kebanyakan orang-orang mengandalkan firasat dalam membuat keputusan. Hal seperti ini terjadi hingga abad ke-17.

Manusia cenderung mengandalkan keyakinan pribadi. Bahkan kalaupun semua itu sudah tak relevan, kenyataannya hari ini, saat manusia membuat suatu pilihan kadang kala lebih sering menemui keraguan.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ‘apakah yang kulakukan benar?’ ‘apakah keputusanku tak akan menyakiti orang lain?’ ‘apakah masih ada yang aku lupakan’ masih betah bermunculan dalam benakmu, benarkan?

Lalu apakah kamu pernah melihat bagaimana cepat dan efektif nya seorang pengacara dalam membuat keputusan?

Padahal kondisi mereka selalu dihadapkan dengan berbagai kasus hukum yang tak bisa dibilang sederhana.

Membuat Keputusan Ala Seorang Pengacara 

Sudah menjadi rahasia umum, apabila seseorang pengacara akan membantu orang lain (klien nya) untuk menentukan setiap langkah dalam kacamata hukum.

Sebab semua itu bersangkutan dengan resiko dan nasib kehidupan yang akan dijalani usai persidangan.

Sayangnya, yang jarang disoroti namun sangat penting untuk diketahui adalah perihal bagaimana pola berpikir pengacara dalam ranah ‘Decision Making‘.

Untuk mengetahuinya, kita perlu menganalisis langkah-langkah sistematis para pengacara.

Kimberly Wehle, seorang Professor Hukum telah menjelaskan tahapan berpikir yang dimiliki pengacara. Mahasiswa Hukum lebih mengenal nya dengan rumus I-R-A-C.

Identify the issue, identify the rule or the law that applies, give arguments on both sides, that’s the A in IRAC, the analysis step, and then reach the conclusion. 

Dan ‘A’ di IRAC-lah yang benar-benar merupakan jantung dari analisis dan pemikiran hukum. 

Kilik disini untuk mengetahui contoh penerapan IRAC dalam sebuah kasus.

Mengapa Harus Berpikir Seperti Pengacara?

Pernahkah terlintas dalam benakmu, mengapa orang mau membayar mahal untuk belajar di sekolah hukum setiap tahunnya? 

Atau mengapa pengacara pantas mendapat penghasilan tinggi untuk jasanya? mengapa banyak orang membutuhkan pengacara?

Jawaban singkatnya adalah, lawyers look for questions, not for conclusions or answers. Pengacara memiliki keharusan untuk mencari pertanyaan bukan kesimpulan atau jawaban.

Para psikolog, menyebutnya bias-konfirmasi. Sebuah naluri untuk pergi mencari bukti.

tujuannya tentu saja untuk mendukung gagasan yang terbentuk sebelumnya (tentang apa yang seharusnya menjadi hasil). Itu yang alasan pertama.

Selanjutnya yang kedua, dengan memahami bias konfirmasi dapat memungkinkan pengacara terhindar dari jebakan.

Sehingga tidak ada kejutan di pengadilan ketika ia mendengar argumen tandingan dari penasihat hukum lawan.

Keputusan Ilustrasi

Bias-Konfirmasi Membantumu Dalam Membuat Keputusan

Lewati bias konfirmasi, beragam emosi yang muncul saat berhadapan dengan masalah yang kompleks nan besar dapat di redam.

Budaya berpikir menggunakan bias-konfirmasi akan memperlambat ketergesaan.

Sebab kamu secara spontan akan bergerak mencari dan mengumpulkan informasi, kemudian menyusun argumen pro dan kontra.

Sehingga setelah tahap analisa tadi selesai, kamu akan merasa lebih nyaman.

Kamu juga memiliki kepercayaan bahwa disekitar kamu memiliki dukungan. Pemikiranmu akan memunculkan pernyataan ‘Ini adalah keputusan yang tepat’.

Baca juga : Strategi Meningkatkan Kepemimpinan

Bahkan jika kamu tidak mendapatkan semua yang diinginkan atau jika ada kemungkinan beberapa orang yang terlibat dalam keputusan tersebut, tidak setuju dengan pendapatmu. 

Semua itu tak akan menjadi masalah yang berarti bagimu sebagai pembuat keputusan. Pada akhirnya metode ini memungkinkan kamu untuk dapat menghembuskan napas dan memiliki kepercayaan pada hasilnya (keputusan yang kamu buat). 

Referensi:

Sola, E. (2018). Decision Making : Sebuah Telaah Awal. Jurnal Idaarah, 208-215.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *